Rakuten, e-commerce asal Jepang, mengakhiri operasinya di Indonesia setelah lima tahun beroperasi. Penutupan ini dilatarbelakangi oleh perubahan strategi global dan pergeseran model bisnis yang dinilai tidak sesuai dengan pasar Indonesia.
5. Cipika: Inisiatif Digital dari Indosat yang Tidak Berkembang
Didirikan oleh Indosat Ooredoo, Cipika mencoba merambah sektor e-commerce dengan menjual berbagai produk kebutuhan sehari-hari. Namun, karena perkembangan bisnis yang dinilai lambat, Cipika akhirnya menutup layanannya pada 2017, hanya tiga tahun sejak peluncuran.
6. Multiply: Dari Media Sosial ke E-Commerce yang Gagal Bertumbuh
Awalnya merupakan platform media sosial, Multiply kemudian berganti haluan menjadi e-commerce. Sayangnya, meski sempat memindahkan pusat operasinya ke Indonesia, Multiply tetap tidak berhasil menarik pasar secara signifikan. Ketika investor utamanya, Naspers, memutuskan menghentikan pendanaan, Multiply pun resmi tutup.
7. MatahariMall.com: Fokus Baru pada Penjualan Internal
MatahariMall.com muncul sebagai e-commerce dari grup Lippo dan sempat dianggap sebagai pesaing serius bagi raksasa e-commerce lainnya. Namun, strategi yang hanya berfokus menjual produk dari Matahari Department Store membuat platform ini kehilangan daya saing. Seiring waktu, layanan e-commerce ini dihentikan dan difokuskan kembali ke saluran penjualan internal perusahaan.
8. TokoBagus: Rebranding Menjadi OLX Indonesia
TokoBagus memang tidak benar-benar tutup, melainkan berubah menjadi OLX pada tahun 2014. Rebranding ini bertujuan memperkuat brand global OLX yang fokus pada jual beli barang bekas, terutama kendaraan. Kini, mereka lebih dikenal dengan OLX Autos, yang berfokus pada jual beli mobil bekas.
9. JD.id: Strategi Global yang Mengubah Fokus Bisnis
JD.id, cabang dari JD.com asal Tiongkok, mengumumkan penutupan layanannya pada 2023. Sebelumnya, perusahaan telah melakukan beberapa gelombang PHK dan menutup divisi logistik. Alasan utama penutupan adalah untuk mengalihkan fokus perusahaan induk ke pengembangan jaringan rantai pasok global, bukan lagi pada pasar lokal Indonesia.
10. Bukalapak: Transformasi dari Marketplace ke Layanan Digital
Pada Januari 2024, Bukalapak mengumumkan penutupan layanan jual beli produk fisik di platformnya. Perusahaan menyatakan bahwa kontribusi penjualan barang fisik hanya sekitar 3% dari total pendapatan. Sebagai gantinya, Bukalapak kini fokus pada produk digital dan layanan mitra seperti:
-
Mitra Bukalapak: Solusi digital untuk UMKM
-
Gaming: Pembelian voucher dan item game
-
Investasi: Produk reksadana dan emas digital
-
Retail Virtual: Layanan pembayaran digital seperti pulsa, token listrik, dan BPJS
Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk mencapai EBITDA positif dan memastikan bisnis yang berkelanjutan.
Mengapa Banyak E-Commerce Tutup di Indonesia?
Ada beberapa alasan utama di balik tutupnya layanan e-commerce di Indonesia:
-
Persaingan Ketat: Dominasi pemain besar seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada membuat sulit bagi platform baru bertahan.
-
Perubahan Strategi Global: Banyak e-commerce asing yang menutup layanan akibat perubahan fokus perusahaan induk.
-
Kurangnya Diferensiasi: Platform yang tidak memiliki keunikan atau nilai tambah sulit mendapatkan pasar.
-
Biaya Operasional Tinggi: E-commerce membutuhkan investasi besar, terutama di logistik dan pemasaran.
Penutupan sejumlah e-commerce di Indonesia menjadi pengingat bahwa keberhasilan di sektor digital membutuhkan strategi yang tepat, inovasi berkelanjutan, dan pemahaman mendalam terhadap pasar lokal. Meski banyak yang tumbang, e-commerce tetap menjadi sektor potensial jika dikelola dengan cermat dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Dengan perubahan yang terjadi, pelaku bisnis kini harus lebih fokus pada model bisnis berkelanjutan, pemanfaatan teknologi digital, serta pengalaman pengguna yang unggul agar tetap relevan di tengah persaingan e-commerce yang semakin dinamis.
(seo)































