Pendekatannya yang tanpa skenario dinilai berhasil membangun kepercayaan audiens, bahkan lebih efektif dibandingkan promosi resmi, menurut Barbara Duffek, Asisten Profesor Pemasaran di Georgia State University.
Salah satu momen paling viral adalah ketika Watkins mencoba SUV mewah BYD Yangwang U8 yang mampu mengapung di atas air. Ketika kendaraan itu masuk ke sungai, Watkins awalnya panik, namun langsung berubah kagum setelah mobil tetap mengapung.
"Ya ampun, mobil ini tidak tenggelam!" serunya sambil merekam momen tersebut dari sunroof mobil.
Dalam siaran yang sama, ia juga mengunjungi toko Huawei dan membeli tiga unit Huawei Mate XT—ponsel lipat ganda pertama di dunia—seharga 20.000 yuan (sekitar US$2.720) atau Rp45,6 juta per unit. Watkins memuji ketipisan dan kamera depannya.
"Tidak ada seorang pun di dunia yang memiliki ini, ini hanya dibuat di China? Saya akan membawa barang-barang ini kembali ke Amerika," katanya dengan kagum saat menguji berbagai model. "Ini adalah PC game dalam format telepon."
Respons dari publik sangat antusias. Banyak penonton daring mengaku baru menyadari seberapa maju teknologi China dan menyebutnya berada di "tingkat yang berbeda."
Beberapa bahkan mengungkapkan keinginan untuk mengunjungi China, sementara yang lain mengkritik media Barat karena menyajikan citra negatif terhadap negara tersebut.
"Media Barat membuat saya tidak menyukai China. Kecepatan membuka mata saya terhadap kebenaran. Sekarang saya berharap dapat mengunjungi China di masa mendatang," tulis komentar pada video Watkins yang melakukan salto ke belakang secara serempak dengan robot humanoid.
Kendati Huawei masih menghadapi sanksi dagang dari Amerika Serikat dan BYD belum menjual mobil penumpangnya secara resmi di sana, video Watkins membuka wacana baru mengenai daya tarik teknologi Tiongkok.
Ia juga sempat mengendarai mobil terbang, serta menunjukkan kehebatan supercar listrik Yangwang U9 yang bisa "menari" secara otomatis.
Kunjungan ini pun mendapat sambutan positif dari Kedutaan Besar China di AS. Dalam unggahan di platform X, mereka menyebut perjalanan Watkins telah memicu gelombang minat global yang mencerminkan tren baru para influencer digital dalam menjembatani kesenjangan budaya. Stasiun TV nasional CCTV-13, bahkan menayangkan liputan khusus berdurasi delapan menit mengenai perjalanannya.
Meski begitu, beberapa pihak mempertanyakan apakah konten tersebut bernuansa propaganda atau memiliki risiko keamanan, seperti potensi penyadapan lewat perangkat Huawei.
Namun menurut Robert Kozinets, profesor pemasaran dari University of Southern California, larangan justru dapat menimbulkan efek sebaliknya. "Gagasan bahwa Anda bisa melarang hal-hal ini hanya menciptakan sindrom buah terlarang yang meningkatkan minat publik," ujar dia.
(bbn)
































