Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Inpex Masela Ltd. memulai fase inisiasi desain rekayasa awal atau FEED untuk Onshore LNG Lapangan Abadi, Blok Masela, Rabu (9/4/2025).

Fase awal ini akan fokus pada pemilihan teknologi lisensor likuefaksi dan teknologi penggerak turbin gas. Keduanya diklaim menjadi elemen penting untuk mempercepat keseluruhan tahapan desain rekayasa awal proyek. 

Rencanannya, Inpex bersama dengan konsorsium Pertamina Hulu Energi Masela & Petronas Masela Sdn. Bhd bakal memulai tahapan FEED secara keseluruhan pada pertengahan tahun ini.

“Kami berencana untuk memulai pengerjaan FEED secara penuh pada pertengahan tahun ini, dan menargetkan keputusan investasi akhir (FID) bisa diambil secepatnya,” kata Presiden & CEO Inpex Takayuki Ueda saat seremoni FEED Blok Masela di Jakarta, Rabu (9/4/2025). 

Takayuki menambahkan perseroannya berkomitmen untuk meneken keputusan investasi akhir proyek Blok Masela sesuai dengan arahan pemerintah, tenggat pertengahan 2026. 

Dia menargetkan produksi komersial atau onstream perdana dari Blok Masela bisa dikejar pada 2029. Kendati, menurut dia, target itu terbilang sulit. 

“Namun, tetap akan ada risiko residual yang berasal dari faktor-faktor yang tidak dapat kita kendalikan, seperti kondisi pasar,” kata dia. 

Tetap akan ada risiko dari faktor-faktor yang tidak dapat kita kendalikan, seperti kondisi pasar

Presiden & CEO Inpex Takayuki Ueda

Menyitir situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), wilayah kerja Masela berlokasi di Laut Arafura atau 650 km dari Kepulauan Maluku dan 170 km dari Kepulauan Babar dan Tanimbar.

Lapangan Abadi Blok Masela diestimasikan memiliki puncak produksi sebesar 9,5 juta ton LNG per tahun (MTPA) dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (BCPD).

Kontrak ditandatangani pada 16 November 1998 dan berakhir pada November 2028 (30 tahun). WK Masela sudah mendapatkan kompensasi waktu 7 tahun dan perpanjangan kontrak selama 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.

Pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI) Blok Masela saat ini adalah Inpex Masela Limited dengan porsi 65%, sedangkan sisanya –sebanyak 35%– dipegang masing-masing oleh Pertamina Hulu Energi Masela sebesar 20% dan Petronas Masela Sdn. sebesar 15%. 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan total biaya investasi dan pengembangan operasi Lapangan Abadi Blok Masela mencapai US$34,7 miliar (Rp536,8 triliun), atau lebih besar dari estimasi sebelumnya senilai US19,8 miliar.

Tenggat Investasi Akhir Blok Masela 

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta Inpex Corporation untuk mempercepat keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) proyek Lapangan Abadi atau Blok Masela pada pertengahan 2026. 

Target yang dipatok itu lebih cepat dari rencana keputusan investasi akhir yang ingin dikejar raksasa migas Jepang itu pada 2027. 

“Harus tahun depan, ini kan kita percepat,” kata Kepala SKK Migas Djoko Siswanto selepas seremoni Launching Initiation of Onshore Liquefied Natural Gas (OLNG) Feed Blok Masela, Rabu (9/4/2025). 

Menurut Djoksis, sapaan Djoko, target yang diminta pemerintah itu relatif bisa dikejar operator blok, Inpex Masela Ltd dengan capaian FEED saat ini.

Dia beralasan sejumlah pekerjaan untuk OLNG, Subsea Umblical Riser & flowline (SURF) hingga gas export pipelines telah berjalan minimal 40% dari target awal tahun ini. 

“Tadi kan sudah sekian persen, OLNG 40%, SURF 80%, gas export pipelines 80% tahun ini, jadi kita percepat,” kata Djoksis. 

Selain itu, Djoksis menambahkan, lembagannya turut mengejar kepastian komersialisasi gas Blok Masela dari sejumlah pembeli domestik.

Beberapa pembeli domestik itu di antaranya PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pertamina Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN, dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. 

Rencanannya, perjanjian awal jual beli gas atau head of agreement (HoA) bakal diteken saat pergelaran Indonesian Petroleum Association bulan depan. 

Hanya saja, Djoksis belum dapat memastikan jumlah kargo yang bakal berakhir sampai perjanjian jual beli gas atau PJBG nanti. 

“Nanti kita lihat, lagi negosiasi jumlah totalnya, produksi totalnya kan 1.200 MMscfd, paling tidak lebih kurang 200 MMscfd sudah bisa untuk domestik sementara ini,” kata dia. 

(naw/ain)

No more pages