Logo Bloomberg Technoz

Sementara yen Jepang masih menjadi aset safe haven dan diburu oleh banyak pemodal global yang mencari aset aman. Yen pagi in menguat 0,75% bersama dolar Hong Kong yang menguat 0,03%.

Adapun rupiah masih belum diperdagangkan di pasar spot karena pasar keuangan RI masih tutup karena libur panjang Lebaran 2025. Pasar baru buka pada esok Selasa.

Pergerakan rupiah di pasar offshore biasanya mempengaruhi gerak rupiah di pasar spot. Rupiah diprediksi akan mengalami tekanan hebat pada pembukaan pasar esok hari.

Kejatuhan rupiah di pasar offshore tersebut bahkan berlangsung ketika indeks dolar AS sejatinya bergerak stabil di kisaran 102,8 pagi ini. 

NonDeliverable Forward alias NDF adalah sebutan yang merujuk pada kontrak derivatif mata uang dua belah pihak untuk mempertukarkan arus kas antara NDF dengan kurs spot yang berlaku. Satu pihak akan membayar pihak lain sebesar selisih yang dihasilkan dari transaksi tersebut.

Melansir Investopedia, perdagangan NDF biasanya ditempuh perusahaan-perusahaan global dan bank investasi sebagai bagian dari strategi lindung nilai alias hedging.

Kontrak NDF bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari volatilitas mata uang dengan mengambil posisi atas pergerakan yang diantisipasi dalam mata uang pasar negara berkembang.  Kebanyakan para 'pemain' di NDF juga adalah bertujuan spekulatif.

Bursa Asia tersapu 'tsunami'

Gelombang jual di pasar saham di Asia pagi ini menghebat, melanjutkan turbulensi yang sudah berlangsung besar pada pekan lalu.

Bursa saham di Jepang, ambles hampir 8% pagi ini baik Nikkei maupun indeks Topix. Sementara indeks saham di Korea, Kospi dan Kosdaq yang tergerus 5%. Indeks saham di Hang Seng bahkan amblas sampai 9,1% pagi ini.

Bursa saham di China juga 'rontok' berjamaah. CSI 300 jatuh 4,8% pagi ini, disusul oleh Chinext Index yang tergerus hampir 7%. Bursa saham di Taiwan juga amblas di mana indeks Taiex rontok 9,8% akibat saham-saham kakap semikonduktor juga Foxconn turun sampai 10%.

Bursa saham Singapura juga jatuh terdalam sejak resesi akibat pandemi Covid-19.

Indeks MSCI Asia Pasifik amblas 6,3% pagi ini, seperti ditunjukkan oleh data Bloomberg.

Di Jepang, saham-saham otomotif besar seperti Toyota memimpin penurunan. Selain karena faktor global, kejatuhan saham di Jepang juga terbebani oleh prospek kenaikan bunga acuan Bank of Japan.

"AS memicu perang dagang global. Risiko resesi tinggi. Kami khawatir Trump telah memicu lingkaran umpan balik negatif dari konsumen dan bisnis yang berhati-hati mengurangi pengeluaran," kata Paul Chew dari Phillip Securities Research, dilansir dari Bloomberg News.

(rui)

No more pages