Logo Bloomberg Technoz

Depresiasi rupiah dan mata uang Asia tidak lepas dari penguatan dolar AS secara luas. Sepanjang pekan ini, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,88%.

Sumber: Bloomberg

Sentimen positif bagi dolar AS datang dari pernyataan pejabat teras bank sentral The Federal Reserve/The Fed. Lorie Logan, Presiden The Fed Dallas, menyebut bahwa peluang untuk menahan suku bunga acuan pada rapat bulan depan masih belum pasti.

“Setelah menaikkan Federal Funds Rate dalam setiap rapat selama 10 kali, kami sudah membuat kemajuan. Data dalam beberapa pekan ke depan bisa saja memadai, tetapi sampai hari ini kami belum sampai ke sana,” kata Logan dalam konferensi yang diadakan Texas Bankers Association di San Antonio, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Logan menambahkan, dia terbuka terhadap semua kemungkinan dalam rapat 13-14 Juni mendatang. Namun dia menggarisbawahi bahwa harga masih berada di level tinggi. Pasar tenaga kerja pun masih ketat sehingga membuat upah naik.

Secara terpisah, Gubernur The Fed Philip Jefferson menyatakan dirinya masih menunggu dampak pengetatan moneter yang dilakukan sejak tahun lalu. 

“Sejarah menunjukkan bahwa kebijakan moneter bekerja dalam waktu lama dan ada jeda. Setahun bukan waktu yang cukup untuk melihat dampaknya secara keseluruhan,” kata Jefferson di hadapan National Association of Insurance Commissioners di Washington, juga dikutip dari Bloomberg News.

Padahal, pasar sudah hampir yakin bahwa The Fed tidak akan lagi menaikkan suku bunga acuan dalam rapat bulan depan. Namun kini, keyakinan tersebut mulai goyah.

Mengutip CME FedWatch, probabilitas The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,25-5,5% dalam rapat Juni adalah 22,4%. Lebih tinggi dibandingkan pekan lalu, di mana pasar memperkirakan peluangnya di 15,5%.

Masih adanya ruang untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi angin segar bagi dolar AS. Hasilnya, mata uang Negeri Paman Sam menguat secara global, termasuk di Asia. Rupiah pun jadi salah satu korbannya.

Dari kacamata analisis teknikal, Tim Riset Bloomberg Technoz menilai rupiah sudah menembus level support pertama di Rp 14.900/US$. Level support berikutnya ada di Rp 14.940/US$. 

Bila itu jebol juga, rupiah bisa meluncur semakin terperosok ke Rp 15.022/US$.

(aji/ggq)

No more pages