Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bitcoin bergerak pada kisaran harga US$85.976,67 (sekitar Rp1,42 miliar) masih menjaga level uptrend sepanjang 24 jam perdagangan terakhir, hingga Senin (24/3/2025) pagi. Kekhawatiran tarif resiprokal sedikit mereda namun pasar masih memantau secara seksama.

Aset digital paling berharga di dunia ini tercatat rebound 2% dibandingkan posisi hari Minggu kemarin, bahkan 3% lebih baik dari pekan sebelumnya ke level US$85.672,4 (Rp1,41 miliar) hingga pukul 9.20 pagi waktu Indonesia.

Pergerakan kripto, yang dianggap aset lebih berisiko, relatif mengekor sentimen yang hadir di pasar komoditas. Sepanjang tahun 2025 (year-to-date/ytd) Bitcoin drop 8,2% point to point.

Sepanjang pekan lalu isu tarif Amerika Serikat (AS) tercatat memperberat pasar aset digital dan ekuitas, namun memasuki akhir bulan Maret sentimen kebijakan Presiden Donald Trump terpantau membaik.

Kebijakan yang mulai berlaku 2 April ini siap untuk lebih ditargetkan daripada upaya global yang luas seperti keinginan awal Trump, dilansir dari Bloomberg News. Meski demikian para trader tetap mewaspadai respons China dan Australia, yang sebelumnya memperingatkan guncangan bakal meluas terhadap ekonomi global dari kebijakan perdagangan AS. 

“Berita tentang tarif yang lebih ditargetkan telah ditanggapi secara positif selama awal jam perdagangan Asia, tetapi masih ada banyak kegugupan menjelang pengumuman aktual minggu depan,” kata Khoon Goh, kepala riset Asia di ANZ Group Holdings Ltd. 

“Selalu ada perkembangan yang tidak terduga, atau Presiden Trump dapat menyebutkan sesuatu minggu ini yang menunjukkan garis yang lebih keras. Jadi sulit bagi pasar untuk menilai risiko secara memadai pada tahap ini.” 

Kini pasar bersiap meninggalkan tren koreksi yang terjadi selama berminggu-minggu. Sinyal itu ditunjukkan dengan aksi penumpukan modal di stablecoin—sebuah tren di bawah permukaan pasar kripto.

Menurut data IntoTheBlock, dilansir dari Bitcoinist, kapitalisasi pasar stablecoin kini tercatat telah tembus US$220 miliar dan disinyalir menjadi cara hati-hati trader kripto dalam berinvestasi. Imbasnya arus beli melambat namun tidak menghilangkan sentimen bullish secara keseluruhan.

Seperti yang dicatat oleh platform analitik on-chain, kumpulan likuiditas yang terus bertambah ini dapat segera menjadi bahan bakar untuk fase pergerakan naik berikutnya jika dan ketika kepercayaan kembali. Salah satu penerima manfaat atas situasi ini adalah stablecoin Ripple yang baru saja diluncurkan, RLUSD.

“Meskipun token-token [stablecoin] ini banyak digunakan untuk menghindari volatilitas, sulit untuk mengabaikan bagaimana semua likuiditas tersebut dapat menjadi pemicu kenaikan pasar berikutnya setelah sentimen berubah menjadi bullish,” terang IntoTheBlock dalam unggahan di X.

(wep)

No more pages