Logo Bloomberg Technoz

Dalam konferensi pers selama dua jam pekan lalu yang dihadiri oleh lima pejabat ekonomi dan keuangan utama China, AI menjadi topik hangat selain strategi peningkatan konsumsi domestik—prioritas utama tahun ini—dan kekhawatiran baru atas kenaikan tarif AS.

"Konferensi pers ini hampir berubah menjadi diskusi teknologi," kata Wu Qing, Ketua Komisi Regulasi Sekuritas China. "Teknologi semakin memainkan peran utama di sini," ujarnya, menyoroti bagaimana DeepSeek mendorong reevaluasi aset China.

Wu bersama para pembuat kebijakan lainnya, termasuk menteri keuangan dan gubernur bank sentral, turut menyoroti peran inovasi dalam perekonomian China.

Dorongan besar terhadap AI semakin terlihat setelah Zheng Shanjie, Kepala Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, mengumumkan pendirian dana investasi yang didukung negara senilai 1 triliun yuan (sekitar Rp2.265 triliun). Dana ini bertujuan mendukung pengembangan AI dan teknologi kuantum.

Dalam salah satu sesi yang dihadiri hampir 200 wartawan, Yuan Jiajun, Ketua Partai Komunis di Chongqing, menjelaskan bagaimana kotanya akan memanfaatkan kapasitas manufaktur untuk mengembangkan kendaraan otonom, peralatan pintar, dan material baru. Ia juga menyatakan bahwa Chongqing akan menerapkan konsep “AI+” di seluruh kota.

Yuan, yang juga anggota Politbiro beranggotakan 24 orang, berjanji untuk mendukung sektor swasta dan menciptakan ekosistem bisnis yang kuat dengan "perusahaan besar sebagai pilar utama, serta usaha kecil dan menengah yang tersebar luas."

Pergerakan saham China didukung AI. (Sumber: Bloomberg)

Tenaga Surva, EV Parallel

Pejabat dari Shanghai dan Guangdong juga mengidentifikasi bidang unggulan di AI, seperti penelitian ilmiah dan aplikasi industri. Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah Beijing dan Shenzhen mengalokasikan dana 10 miliar yuan untuk mendukung pengembangan AI dan robotika. Pada Senin, provinsi Guangdong—yang menaungi Shenzhen—mengumumkan subsidi baru untuk sektor ini. Sementara itu, Wuhan, ibu kota provinsi Hubei, merancang program pengembangan produk AI di bidang kesehatan, pendidikan, dan hukum.

Demam AI ini mengingatkan pada lonjakan minat terhadap panel surya dan kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir. Saat itu, pemerintah daerah berlomba membangun kapasitas di sektor-sektor tersebut. Akibatnya, terjadi kelebihan pasokan dan persaingan ketat yang menggerus keuntungan, tetapi di sisi lain, China berhasil menjadi pemimpin global dalam dua industri itu.

Setelah bertahun-tahun narasi ekonomi China didominasi kekhawatiran deflasi dan pejabat lokal yang lebih memilih "tidak melakukan apa-apa", kini AI menawarkan cerita baru. Namun, bagi sebagian daerah, fenomena ini juga memicu refleksi.

Persaingan Regional

Surat kabar provinsi Jiangsu bulan lalu menerbitkan tiga artikel berturut-turut yang mempertanyakan mengapa provinsi tetangganya, Zhejiang, mampu menjadi markas DeepSeek dan lima perusahaan AI lain yang kini dijuluki "enam naga kecil AI".

Hangzhou, ibu kota Zhejiang, dikenal dengan regulasi yang lebih longgar terhadap perusahaan teknologi. Pendekatan ini tampaknya menjadi faktor pendorong inovasi, sekaligus menginspirasi diskusi di NPC.

Seorang anggota parlemen, Zhou Tongyu, yang juga wakil presiden Federasi Industri dan Perdagangan Shanghai, mengingatkan agar pemerintah tidak menciptakan "hambatan tersembunyi" bagi perusahaan swasta, terutama di sektor teknologi baru.

Ia juga menyoroti kesulitan 80% perusahaan teknologi kecil dan menengah dalam memperoleh pinjaman bank karena kurangnya aset fisik sebagai jaminan. "Jika data operasional bisnis dapat diterima sebagai jaminan kredit, masalah ini bisa teratasi," ujarnya.

Peran Negara dalam AI

Pemerintah pusat tampaknya mulai mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya. Dana investasi teknologi baru yang diumumkan pekan lalu menekankan peran pasar dalam mendorong inovasi.

Menurut analis Tilly Zhang dari Gavekal Dragonomics, langkah ini menunjukkan pergeseran pendekatan pemerintah dari memilih sektor-sektor unggulan menjadi bertindak sebagai "investor jangka panjang yang sabar", dengan fokus pada investasi tahap awal di perusahaan kecil yang mengembangkan teknologi kompleks.

Namun, tantangan tetap ada. Zhang menulis dalam sebuah catatan bahwa meskipun Beijing mengidealkan pengembangan desentralisasi berskala kecil, metode yang lebih disukai sering kali tetap "berskala besar, terpusat, dan diarahkan secara ketat oleh negara."

(bbn)

No more pages