Logo Bloomberg Technoz

Rupiah melemah bersama mata uang Asia lain, seperti baht yang tergerus paling dalam pagi ini hingga 0,29%, lalu yen Jepang 0,19%, rupiah 0,09%, dolar Singapura 0,07%, yuan Tiongkok 0,05% dan yuan offshore 0,03% serta rupee 0,01%.

Adapun ringgit menguat 0,19%, won 0,12%, peso 0,12%, dolar Taiwan 0,05% dan dolar Hong Kong 0,03%.

Indeks dolar AS dibuka menguat pagi ini di Asia 0,16% meski setelah itu berbalik turun lagi dan kini melenggang di kisaran 106,30.

Pasar global mendapati lanskap yang cenderung muram setelah data keyakinan konsumen Amerika dirilis tadi malam, menyentuh level terendah dalam tiga tahun. Ada kekhawatiran kondisi ekonomi negeri itu terjerembab kelesuan di tengah inflasi yang masih mengancam, seperti terlihat dari data Indeks Harga Konsumen pada Januari.

Pernyataan pejabat Federal Reserve juga mendukung kekhawatiran itu. Gubernur Federal Reserve Bank of Richmond, Tom Barkin, menegaskan bahwa bank sentral harus tetap tegas dalam upaya menekan inflasi, sembari mengingatkan risiko tekanan inflasi jangka panjang.

“Kita perlu tetap dalam posisi sedikit ketat hingga ada keyakinan lebih bahwa inflasi kembali ke target 2%,” ujar Barkin dalam pidatonya di Richmond, Virginia, Selasa (25/2/2025).

“Saya memahami bahwa perjuangan melawan inflasi ini sudah berlangsung lama, tetapi sangat penting bagi kita untuk tetap konsisten," jelas Barkin.

Perintah Trump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menginstruksikan Departemen Perdagangan untuk meninjau kemungkinan penerapan tarif impor terhadap tembaga. Langkah ini menjadi bagian dari serangkaian kebijakan yang bertujuan untuk menerapkan tarif sektor tertentu dan berpotensi mengubah rantai pasokan global.

Trump menyatakan bahwa kebijakan ini akan memberikan "dampak besar" saat menandatangani perintah tersebut pada Selasa (25/2/2025) di Gedung Oval, didampingi oleh Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

Pejabat senior pemerintah menyebut bahwa langkah ini diperlukan demi kepentingan keamanan nasional. Menurut mereka, praktik dumping dan kelebihan kapasitas di pasar global telah berdampak pada produksi tembaga domestik AS, sehingga membuat sistem persenjataan dan produk penting lainnya bergantung pada impor.

Namun, saat ditanya mengenai besaran tarif yang akan diterapkan, pejabat tersebut mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk membahasnya. Mereka berbicara dengan syarat anonim karena kebijakan ini belum diumumkan secara resmi.

Meskipun AS merupakan produsen tembaga yang cukup besar dengan produksi 850.000 ton tembaga primer tahun lalu, negara ini masih sangat bergantung pada impor dari mitra dagang utama. Chili menjadi pemasok terbesar dengan 38% dari total impor, disusul oleh Kanada (28%) dan Meksiko (8%).

(rui)

No more pages