Satu dekade lalu, Indonesia, ungkap Wilson diuntungkan dengan lingkungan global yang memiliki suku bunga rendah dan modal murah. Hal ini memungkinkan investasi besar dalam edukasi pengguna dan pengembangan ekosistem startup.
Namun, di era AI saat ini, meskipun biaya teknologi semakin murah, modal investasi justru menjadi lebih mahal.
"Cara kita berinvestasi akan berubah, tetapi prinsipnya tetap sama. Setiap 10-15 tahun, selalu ada satu atau dua inovasi teknologi yang mengubah lanskap industri. Saya percaya AI akan menjadi salah satunya," ujar dia.
Namun, di tengah perubahan ini, apakah Indonesia akan menjadi pusat pengembangan semikonduktor atau menciptakan model AI sendiri? Wilson menjawab, tidak. Indonesia menurutnya harus lebih pragmatis dalam pendekatannya, yaitu dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada dan membangun ekosistem yang kuat.
Dengan menarik talenta dan pendanaan, Indonesia dapat memperkuat posisinya dalam ekonomi digital dan AI di masa depan.
Membangun Daya Saing Teknologi Indonesia
Lee Xiaodong, Founder & CEO Fuxi Institution menambahkan, terdapat dua aspek utama dalam teknologi: pengembangan aplikasi dan teknologi fundamental. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) memiliki keunggulan dalam pengembangan teknologi fundamental berkat ketersediaan modal, talenta, dan infrastruktur yang memadai.
Sebaliknya, Indonesia menurut Xiaodong dapat berfokus pada pengembangan aplikasi berbasis AI yang dapat diadaptasi dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.
"Saat ini, hanya segelintir negara terutama AS yang memiliki kapasitas untuk mengembangkan teknologi fundamental. Namun, dalam hal aplikasi, Indonesia sebagai negara besar memiliki peluang besar untuk menciptakan inovasi, terutama dalam pengembangan teknologi intelektual dan komputasi kuantum," ujar dia.
Menurut, Xiaodong Indonesia memiliki keunggulan demografis sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia. Ini menciptakan potensi pasar yang luas bagi adopsi teknologi baru. Namun, untuk memaksimalkan peluang ini, diperlukan investasi dalam pengembangan ekosistem teknologi yang berkelanjutan.
"Mengapa kita perlu memulai dengan teknologi? Karena dalam industri global, teknologi memiliki daya saing yang kuat dalam hal modal, investasi, dan inovasi. Dengan memanfaatkan keuntungan ini, Indonesia bisa mulai mengembangkan ekosistem teknologinya," kata Lee.
"Dalam 10 tahun ke depan, kita dapat memperoleh lebih banyak teknologi, membangun koneksi dengan komunitas teknologi global, menarik lebih banyak investasi, dan mengembangkan ekosistem inovasi yang berkelanjutan."
(prc/frg)
































