Stephen Stapczynski - Bloomberg News
Bloomberg, Keputusan China untuk memberlakukan tarif balasan terhadap impor gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat diperkirakan akan memicu upaya pemisahan antara pembeli dan penjual terbesar bahan bakar super-dingin ini di dunia.
Beijing mengumumkan tarif 15% terhadap LNG asal AS hanya beberapa saat setelah Presiden Donald Trump mengenakan tarif pada barang-barang dari China. Tahun lalu, sekitar 6% dari total impor LNG China berasal dari AS.
Langkah ini kemungkinan akan mendorong pembeli China yang memiliki kontrak jangka panjang dengan proyek LNG AS untuk menjual kembali kargo mereka ke importir lain. Sebelumnya, importir LNG China juga sudah banyak mengalihkan pasokan LNG AS ke pasar lain, seperti Eropa, di mana harga lebih menguntungkan.
Gangguan pada aliran perdagangan ini dapat mendorong harga LNG naik di berbagai wilayah. "Tarif ini akan menciptakan inefisiensi pasar yang cukup signifikan, yang pada akhirnya menguntungkan beberapa pedagang LNG di wilayah tertentu," kata Saul Kavonic, analis energi di MST Marquee.
Selama ketegangan perdagangan masih tinggi, perusahaan-perusahaan China kemungkinan besar akan menghindari kontrak jangka panjang dengan proyek-proyek LNG baru dari AS. Hal ini menjadi kabar buruk bagi para eksportir AS yang membutuhkan kepastian pembeli sebelum mendapatkan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur LNG.
Trump, yang fokus pada defisit perdagangan AS dengan berbagai negara, telah berulang kali menyatakan niatnya untuk memanfaatkan status AS sebagai raksasa energi guna menyeimbangkan neraca perdagangan. Ancaman Trump tersebut mendorong beberapa negara seperti India dan Jepang untuk mempertimbangkan peningkatan pembelian gas AS, tetapi pada saat yang sama menjauhkan China dari pasar tersebut.
China sebelumnya juga pernah menargetkan LNG AS dengan mengenakan tarif pada impor gas dari Negeri Paman Sam pada tahun 2018, saat Trump menjabat sebagai presiden untuk pertama kalinya.
(bbn)