Rupiah menjadi mata uang dengan penurunan nilai terdalam urutan keempat hari ini di Asia, setelah baht yang ambles 1,14%, won Korsel 0,92%, dolar Taiwan 0,88%.
Namun, bila menghitung sepanjang tahun, rupiah masih menjadi valuta Asia yang paling lemah dengan penurunan mencapai 2,03% year-to-date.
Gejolak pasar global yang dipicu oleh perang tarif negara-negara besar di dunia, telah memantik panic selling para pemodal dari aset-aset yang dinilai lebih berisiko.
Sebaliknya, para pemodal global menyerbu dolar AS yang diperlakukan sebagai aset safe haven di tengah turbulensi yang liar sejak pagi tadi.
Indeks dolar AS hari ini telah melompat 1,25% ke level 109,72.
Tak pelak, hampir semua mata uang yang menjadi lawan dolar AS, terjatuh ke zona merah.
Bukan cuma valuta, saham dan surat utang emerging market juga dilepas. Bursa saham Asia merah, di mana IHSG bahkan terkoreksi hingga lebih dari 2%.
Sedangkan di pasar surat utang, semua tenor obligasi negara melesat tingkat imbal hasilnya akibat tekanan jual yang melemahkan harga.
Mengacu data Bloomberg pada pukul 15:08 WIB, yield 1Y naik hingga 9,8 basis poin ke level 6,932%. Sedangkan tenor 10Y naik 7,6 basis poin kembali lagi ke kisaran 7,066%.
Tenor 3Y dan 6Y masing-masing naik 6,8 basis poin dan 6 basis poin.
Lonjakan yield surat utang RI mengikuti kenaikan imbal hasil Treasury. Pada perdagangan sore di Asia, terpantau yield UST-2Y naik 7,7 basis poin jadi 4,274%, lalu 5Y naik 3,9 basis poin dan 10Y naik 1,2 basis poin.
Inflasi terendah 25 tahun
Badan Pusat Statistik menyebutkan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2025 adalah yang terendah sejak Januari tahun 2000, atau 25 tahun silam.
"Inflasi tahunan pada Januari 2025 year-on-year adalah terendah sejak Januari tahun 2000," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam taklimat media di Kantor BPS Jakarta, Senin (3/2/2025).
Secara tak terduga, Indeks Harga Konsumen pada Januari tercatat turun atau terjadi deflasi sebesar -0,76% mtm, jauh di bawah perkiraan pasar yang semula memprediksi akan terjadi inflasi sebesar 0,35% mtm.
Sedangkan dalam catatan tahunan atau dibandingkan Januari 2024, inflasi IHK pada Januari 2025 tercatat hanya sebesar 0,76% yoy, jauh lebih rendah dibanding perkirakan konsensus pasar yang memprediksi sebesar 1,57% yoy.
Angka inflasi Januari 2025 menjadi yang terendah dalam 25 tahun terakhir. Pada Januari 2000 silam, inflasi IHK tercatat sebesar 0,28% yoy.
Sebelumnya, S&P Global melaporkan, indeks manufaktur RI atau PMI naik ke level tertinggi dalam 10 bulan di angka 51,9.
Angka itu naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,2 dan menjadi yang tertinggi sejak Maret 2024 atau 10 bulan terakhir.
PMI di atas 50 menandakan aktivitas sedang berada di fase ekspansi, bukan kontraksi.
"Sektor manufaktur Indonesia mengawali 2025 dengan solid. Produksi dan pemesanan baru (new orders) kembali meningkat, dan dunia usaha menambah tenaga kerja dengan laju tercepat dalam 2,5 tahun terakhir," sebut keterangan tertulis S&P Global.
Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, menyatakan ekspansi manufaktur yang lebih cepat pada Januari ditopang oleh peningkatan produksi. Dengan optimisme dunia usaha, produksi diperkirakan tetap naik seiring membaiknya permintaan.
"Dunia usaha juga meningkatkan pembelian bahan baku dan meningkatkan inventori mereka karena yakin terhadap permintaan ke depan. Peningkatan permintaan bahan baku membuat harga naik sehingga ikut mengerek biaya produksi. Akan tetapi, dunia usaha masih belum yakin untuk mentransmisikan kenaikan biaya produksi ke harga jual produk di tingkat konsumen," papar Smith.
(rui)

































