Pelemahan rupiah tak lain karena para investor dan trader bergerak keluar dari pasar menghindari aset-aset yang dinilai lebih berisiko seperti saham, juga aset di emerging market termasuk valuta dengan yield tinggi.
Indeks dolar AS pagi ini menguat lebih dari 1% dan saat ini bergerak di 109,7.
Secara teknikal, rupiah telah menjebol dua level support terdekat dan juga melampaui level support terkuat di Rp16.400/US$.
Kini rupiah berpotensi makin melemah menuju Rp16.450/US$ sebagai support paling krusial. Bila itu juga jebol, rupiah bisa makin ambles ke Rp16.500-an/US$.
Bank Indonesia menyatakan, telah bersiap berjaga di pasar untuk memastikan market confidence tetap terjaga, dengan menjaga keseimbangan supply demand valuta asing di pasar, juga menjaga sentimen pasar domestik tetap kondusif.
"Dengan sentimen global, DXY [indeks dolar AS] kembali mengalami penguatan di mana pagi ini saja sudah mencapai sekitar 109, artinya mata uang non USD khususnya mata uang EM [emerging market] sebagian besar mengalami pelemahan," kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto kepada Bloomberg Technoz, Senin pagi.
"Tentu dalam kondisi seperti demikian yang penting adalah menjaga market confidence pasar dengan menjaga keseimbangan supply demand valas di pasar, menjaga sentimen pasar domestik tetap kondusif," jelas Edi.






























