Logo Bloomberg Technoz

Kepala Ekonom Beata Caranci dan Ekonom Senior James Orlando memperkirakan reaksi negatif yang tajam di pasar saham Amerika Utara serta pelemahan dolar Kanada hingga 65 sen AS. Jika tarif ini bertahan selama lima hingga enam bulan, Kanada kemungkinan besar akan masuk ke dalam resesi. Jika berlanjut lebih lama, kontraksi ekonomi akan semakin dalam, dan tingkat pengangguran bisa melewati 7%. "Masih terlalu dini untuk memperkirakan respons bank sentral," kata mereka.

Bank of Montreal

Kepala Ekonom Douglas Porter memperkirakan tarif AS dan tindakan balasan Kanada dapat memangkas pertumbuhan PDB Kanada sekitar dua poin persentase. Jika tarif ini bertahan selama satu tahun, risiko resesi akan semakin besar. Berdasarkan situasi saat ini, ia memperkirakan Bank of Canada akan memangkas suku bunga kebijakan sebesar 0,25% dalam setiap pertemuan hingga Oktober, sebelum menetapkan suku bunga di level 1,5%.

Canadian Imperial Bank of Commerce

Kepala Ekonom Avery Shenfeld menyatakan bahwa perang dagang dua arah yang berkepanjangan akan menjadi "guncangan resesi bagi Kanada." Meskipun pelemahan dolar Kanada dan stimulus moneter serta fiskal dapat membantu pemulihan, kerugian akibat perdagangan yang terganggu akan menyebabkan penurunan output riil, bahkan setelah lapangan kerja kembali pulih. "Perkiraan kami mendatang kemungkinan akan didasarkan pada skenario yang lebih ringan, di mana tarif dihapus dalam negosiasi, sebagaimana terjadi pada masa jabatan pertama Trump," ujarnya.

Royal Bank of Canada

Kepala Ekonom Frances Donald dan Wakil Kepala Ekonom Nathan Janzen mengacu pada temuan Bank of Canada, yang memperkirakan kenaikan tarif 25% di AS dan global dapat memangkas PDB Kanada sebesar 3,4 hingga 4,2 poin persentase. "Tarif ini menghantam ekonomi Kanada di saat yang sulit. Kanada masih dalam tahap pemulihan dari dampak kenaikan suku bunga yang signifikan. Meskipun Bank of Canada telah memangkas suku bunga sebesar 200 bps, tingkat pengangguran tetap meningkat," kata mereka. Selain itu, ekonomi Kanada masih beroperasi di bawah kapasitas penuh.

Capital Economics

Kepala Ekonom Amerika Utara Paul Ashworth menyebut tarif 25% sebagai "ancaman eksistensial" bagi Kanada, mengingat ekspor barang ke AS menyumbang hampir seperlima dari PDB Kanada. Meskipun pelemahan dolar Kanada bisa membantu sedikit, tarif ini tetap akan menekan ekspor, investasi, dan konsumsi, yang dapat menyebabkan kontraksi PDB sebesar 2,5% hingga 3%. Ia memperkirakan Bank of Canada masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga setidaknya 50 basis poin lagi, dengan dukungan stimulus fiskal dan moneter yang dapat mengurangi dampak resesi.

Corpay

Kepala Strategi Pasar Karl Schamotta memperingatkan bahwa dolar Kanada dan peso Meksiko bisa mengalami pelemahan lebih dari 2% hingga 3% setelah perdagangan dimulai di Asia pada Minggu malam waktu Toronto. "Konsekuensi dari perang dagang yang berkepanjangan dalam kemitraan ekonomi yang sebelumnya sangat sukses ini hampir terlalu buruk untuk dibayangkan. Namun, pasar tetap harus bersiap menghadapi situasi tersebut," tulisnya setelah pengumuman tarif.

RSM Canada

Ekonom Tu Nguyen memperkirakan perang tarif AS-Kanada dapat menyebabkan ekonomi Kanada berkontraksi 2% tahun ini, dengan inflasi meningkat hingga 2,7%. Sektor manufaktur, pariwisata, dan transportasi berpotensi mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat menurunnya permintaan. Harga buah dan sayur diperkirakan melonjak dalam beberapa minggu ke depan, sementara harga barang seperti peralatan rumah tangga dan mobil akan naik dalam jangka waktu lebih lama. Selain itu, konsumen di Kanada kemungkinan akan melihat semakin sedikit produk buatan AS di rak-rak toko.

Independent Institute

Phillip Magness, sejarawan ekonomi dan peneliti senior di lembaga think tank yang berbasis di Oakland, California, menilai bahwa dampak dari tarif ini akan ditanggung oleh konsumen di kedua negara. "Kanada memang akan mengumpulkan dana dari tarif balasan, tetapi biasanya biaya ini hanya diteruskan kepada konsumen. Tarif juga akan mengalihkan pola konsumsi dari impor ke barang produksi dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi. Bagaimanapun, konsumen akan membayar harga yang lebih mahal akibat kebijakan ini," jelasnya.

(bbn)

No more pages