Minyak Timteng Jadi Rebutan Usai Sanksi Rusia, Awas Efeknya ke RI
Redaksi
24 January 2025 11:10

Bloomberg Technoz, Jakarta – Indonesia selaku net importer minyak dinilai rawan terdampak fenomena perebutan minyak mentah (crude) Timur Tengah, setelah India dan China ‘kebakaran jenggot’ mencari pasokan pengganti dari Rusia, yang dikenai sanksi tambahan oleh Amerika Serikat (AS) sejak 10 Januari 2025.
“Dampaknya pasti ada bagi Indonesia dan mendukung [kenaikan] harga minyak [acuan Timur Tengah] untuk jangka pendek,” kata Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong saat dihubungi, Jumat (24/1/2025).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor minyak mentah Indonesia pada 2024 mencapai US$10,35 miliar, turun 7,08% secara year on year (yoy). Sementara itu, impor hasil minyak termasuk bahan bakar sepanjang tahun lalu mencapai US$25,92 miliar, melonjak 5% yoy. Negara asal impor minyak Indonesia bervariasi mulai dari Singapura, Arab Saudi, Nigeria, Australia, dan sebagainya.
Lukman menjelaskan India dan China—importir minyak terbesar dunia sekaligus pelanggan setia minyak Rusia — mengalami kekhawatiran atas disrupsi aliran minyak dari Moskwa, setelah mantan Presiden AS Joe Biden menjatuhkan sanksi tambahan beberapa hari sebelum Donald Trump dilantik.

Akan tetapi, menurut Lukman, kekhawatiran tersebut saat ini sudah mulai mereda karena harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi cukup dalam setelah Trump—yang berjanji akan memacu produksi minyak AS guna menurunkan harga — kembali ke Gedung Putih.