"Dia punya faskes, dia bisa membiayai sendiri itu. Kalau misalkan ga bisa, dia punya sumber daya manusia SDM, punya alat, bisa parsial. Tapi nanti kita bisa kasih stripnya, ngasih yang untuk periksa," katanya.
"Kemudian yang punya partneran, oh saya mau kirim ke sana deh, nanti biar dibiayain, itu juga boleh. Kalau nggak punya sama sekali ya menggerakkan masyarakat. Jadi, itu skema-skema kerja sama yang ingin partisipasi,"ujarnya.
Lebih lanjut, Maria mengaku sampai saat ini belum ada investor dari luar negeri untuk program skrining kesehatan gratis.
Ia menegaskan bahwa program tersebut diutamakan untuk warga Indonesia dan biaya murni dari pemerintah RI.
"Tapi ini kan kebutuhan besar pasti mendorong industri juga, karena untuk periksa darah, periksa kesehatan butuh reagen sebenarnya bisa mendorong juga, supaya mendorong industri dalam negeri kesehatan bisa men-supply kebutuhannya ya,"imbuhnya.
(dec/spt)