Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor komoditas pertanian, kehutanan, dan perikanan sepanjang 2024 adalah US$ 5,71 miliar. Melesat 29,81% dibandingkan 2023.
Sementara nilai ekspor komoditas pertambangan dan lainnya sepanjang 2024 adalah US$ 40,57 miliar. Turun 10,2% dari posisi 2023.
Dengan asumsi US$ 1 sama dengan Rp 16.327 seperti kurs referensi Bank Indonesia (BI) tertanggal 22 Januari, maka DHE yang didapat dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan bisa mencapai Rp 93,23 triliun. Adapun DHE dari sektor pertambangan dan lainnya adalah Rp 662,39 triliun. Jadi totalnya adalah Rp 755,62 triliun.
Namun sayang, ekspor migas masih dikecualikan dalam aturan DHE. Sebab, sektor ini melibatkan kontrak yang lebih kompleks dan sudah memiliki aturan tersendiri.
Padahal potensi DHE dari sektor migas tidak kecil. Sepanjang 2024, nilai ekspor migas Indonesia mencapai US$ 15,88 miliar (Rp 259,27 triliun).
"Besaran 100% dengan 12 bulan secara umum sektor bisa patuh. Kalau migas ada kontrak-kontrak khusus, pengeluaran khusus. Ada bagian dari pihak ketiga, ada valas haknya lender. Sektor itu yang dikecualikan," jelas Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Menko Perekonomian.
BI Rate Bisa Turun Lagi?
Dengan masuknya DHE, maka cadangan devisa Indonesia akan lebih kuat. Per Desember 2024, cadangan devisa berada di US$ 155,72 miliar. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.
DHE akan membuat rupiah bisa lebih stabil, bahkan bukan tidak mungkin menguat. Kemarin, rupiah ditutup menguat 0,4% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dalam seminggu terakhir, mata uang Ibu Pertiwi terapresiasi 0,64%.
Apabila rupiah terus stabil, maka ruang bagi BI untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan menjadi terbuka. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, suku bunga acuan sudah turun 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.
"Kami memprediksi BI Rate masih memiliki ruang penurunan pada 2025,” sebut riset Bank Mandiri.
Sementara Bank Negara Indonesia (BNI) memperkirakan ada ruang penurunan BI Rate lebih lanjut menjadi 5,5-5,25%. Kemudian riset BRI-Danareksa Sekuritas memperkirakan ada ruang penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada semester II-2025.
Penurunan BI Rate tentu akan membuat biaya dana (cost of fund) perbankan akan ikut terpangkas. Saat biaya dana turun, maka perbankan akan lebih leluasa dalam menurunkan suku bunga kredit.
Kredit perbankan masih menjadi salah satu andalan ekspansi, baik rumah tangga maupun dunia usaha. Saat bunga kredit turun, maka diharapkan permintaan akan tumbuh sehingga ekspansi bisa makin mulus.
Dampaknya tentu saja percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Sebab, konsumsi rumah tangga dan investasi adalah 2 motor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
(aji)
































