Logo Bloomberg Technoz

Penguatan rupiah pagi ini berlangsung di tengah indeks saham yang melanjutkan kenaikan. IHSG dibuka naik 0,63% dan semakin melaju menyentuh 7.238 pada 12 menit pertama perdagangan.

Adapun di pasar surat utang, pergerakan harga obligasi negara bervariasi. Beberapa tenor Surat Utang Negara mencatat penurunan imbal hasil seperti tenor 2 tahun yang turun tipis ke 6,86%. Tapi tenor 5 tahun naik 1,2 bps ke 6,92%. Adapun SUN tenor acuan bergerak sedikit ke 7,12%.

Secara teknikal, rupiah telah menembus resistance pertama di Rp16.310/US$ dan berpotensi melanjutkan ke Rp16.310/US$ hingga mencapai Rp16.300/US$. Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp16.250/US$. 

Adapun secara tren jangka menengah, rupiah terkonfirmasi memiliki resistance potensial terdekat di Rp16.280/US$, yang tercermin dari time frame daily.

Sedangkan level support rupiah ada di Rp16.350/US$ dengan sementara kisaran support antara Rp16.400 sampai dengan Rp16.450/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 22 Januari 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Pernyataan baru Trump

Indeks dolar AS yang dibuka melemah pagi tadi setelah semalam terkoreksi hingga 1,2%, kini bergerak bangkit dengan kenaikan tipis 0,05% ke kisaran 108,11.

Kenaikan lagi indeks dolar AS pagi ini kemungkinan menjadi cerminan reaksi pasar terhadap pernyataan terbaru Donald Trump, Presiden AS, terkait tarif impor ke China.

Trump menyatakan, masih akan mempertimbangkan untuk penerapan tarif impor AS dari China sekitar 10%, setelah sehari sebelumnya rencana itu diputuskan ditunda atau tidak dilakukan.

"Kita berbicara tentang tarif sebesar 10% terhadap China berdasarkan fakta bahwa mereka mengirim fentanil ke Meksiko dan Kanada," kata Trump dalam sebuah acara di Gedung Putih, dilansir dari Bloomberg, Rabu pagi.

Angka 10% itu sejatinya lebih kecil dibanding yang selama ini ia sebutkan saat kampanye yakni tarif 60% pada China. Sementara penerapan tarif 25% pada barang impor dari Kanada dan Meksiko dipastikan akan mulai berlaku pada 1 Februari nanti, berdasarkan keputusan Trump begitu ia menginjakkan kaki di Oval Office.

"Kami tidak banyak bicara soal tarif, dia tahu posisi saya," kata Trump kemarin, ketika ditanya tentang pembicaraan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. "Lihat, saya mengenakan tarif besar pada China. Saya telah menerima ratusan miliar dolar AS. Hingga saya menjadi presiden, China tidak pernah membayar sedikitpun pada AS," kata Trump.

Pernyataan Trump itu mungkin masih akan menjadi momok yang membebani pergerakan aset di emerging market dalam jangka pendek.

Sentimen DHE

Rupiah mendapatkan dukungan dari keputusan Pemerintah RI menerapkan mandatory penempatan Devisa Hasil Ekspor selama minimal setahun di perbankan dalam negeri.

Dalam jangka menengah dan panjang, kebijakan itu bisa memberi sokongan lebih besar bagi fundamental rupiah.

Aturan itu berlaku efektif mulai 1 Maret nanti.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto memperkirakan, kebijakan itu bisa menambah pasokan dolar AS di dalam negeri senilai US$90 miliar dalam setahun.

Devisa yang bertahan lama di sistem dalam negeri bisa memberi dukungan terutama ketika terjadi gonjang ganjing pasar jangka pendek.

Meski menurut sebagian ekonom, penerapan kebijakan itu tak bisa serta merta menguatkan rupiah karena volatilitasnya sejauh ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. 

Protes eksportir

Aturan penempatan devisa ekspor di dalam negeri, yang sudah dilangsungkan sejak 2023 lalu, memang masih banyak terkendala, terutama menuai keberatan dari para eksportir. 

Berkaca dari kebijakan DHE sejak 2023 lalu, penempatan valas dari para eksportir stagnan di kisaran US$ 2 miliar. Rupiah pun masih tertekan. Sejak keputusan itu pertama kali diberlakukan pada 1 Agustus 2023, rupiah sudah merosot nilainya hingga 7,41% seperti ditunjukkan oleh data Bloomberg.

Suara keberatan dari para eksportir sempat terdengar karena penempatan dana valas dalam jangka waktu tiga bulan itu, dinilai berdampak pada arus kas perusahaan. Lebih-lebih bila penempatan diwajibkan dalam waktu lebih lama, para eksportir menilai akan kesulitan menjaga dampaknya terhadap arus kas perusahaan.

Bank Indonesia yang sempat dimintai tanggapan terkait kebijakan perpanjangan masa penempatan DHE itu, menyatakan tengah menyiapkan instrumen yang bisa digunakan untuk menampung dana tersebut.

Ada dua instrumen yang akan disiapkan yakni Sekuritas Valuta Asing BI (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing BI (SUVBI) sebagai dua instrumen baru untuk penempatan DHE. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan nantinya eksportir bisa menggunakan instrumen tersebut melalui bank.

"Kami mempersiapkan dua instrumen baru SVBI dan SUVBI yang pada saatnya akan kami jelaskan. Supaya ini jadi bagian dari instrumen penempatan dan pemanfaatan DHE SDA yang bisa digunakan eksportir melalui bank," ujar Perry dalam taklimat media pada 15 Januari lalu.

(rui)

No more pages