Mata uang Asia pun tergerus semua oleh dolar AS. Pagi ini, baht menjadi yang terdala melemah 0,51%, ringgit 0,32%, rupiah 0,25%, won Korsel 0,22%, peso 0,15%, lalu yuan Tiongkok 0,11%.
Disusul oleh dolar Singapura dan Hong Kong sama-sama turun 0,02% dan yen 0,01%. Tidak ada mata yang Asia yang lolos dari 'gilasan' dolar AS pagi ini.
Pada saat yang sama, sentimen domestik juga tidak positif. Posisi defisit fiskal Indonesia dalam 12 bulan terakhir, tercatat sudah melampaui batas legal 3%.
Hitungan analis Mega Capital Sekuritas, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam 12 bulan terakhir [TTM] telah mencapai -3,1% dari Produk Domestik Bruto pada November lalu. Angka itu telah melanggar batas legal sebesar -3% yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara.
"Bulan madu telah berakhir bagi Pemerintahan Prabowo. Menurut kami, penurunan peringkat [investasi] adalah sebuah kemungkinan yang nyata saat ini. Pemerintah harus bertindak tegas sebelum terlambat," kata Macro and Fixed Income Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi dalam catatannya, Kamis sore.
Pagi ini, yield surat utang negara terpantau merangkak naik di mana yield 2Y kini ada di 6,95%, lalu tenor 5Y juga 6,90%. Adapun tenor 10Y sudah di 6,99%.
Di pasar saham, asing masih terus melanjutkan penjualan setelah kemarin membukukan posisi net sell Rp2 triliun. Pagi ini IHSG dibuka turun 0,20% ke level 7.379.
Secara teknikal nilai rupiah sudah menembus level support terdekat di Rp15.950/US$, dan ada di kisaran itu hingga Rp15.980/US$. Bila jebol juga, support terkuat rupiah ada di Rp16.000/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp15.900/US$ di MA-200. Selama rupiah bertengger di atas Rp15.950/US$ usai tertekan, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah hingga Rp16.000/US$.
Sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga Rp15.850/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term), maka rupiah berpotensi terus menguat hingga Rp15.800/US$ hingga MA-50.
Penjelasan BI
Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah belakangan ini masih terkendali di tengah penguatan indeks dolar Amerika Serikat yang sudah menyentuh lagi kisaran 107.
Eskalasi geopolitik di Asia Timur yakni antara China versus Taiwan, ditambah perkembangan ekonomi AS yang terlihat masih resilien, juga permintaan dolar AS yang meningkat dari salah satu BUMN sebulan terakhir, menjadi kombinasi yang berdampak pada gerak rupiah belakangan.
"Dalam situasi seperti itu, sebetulnya pelemahan rupiah masih dalam kondisi yang terkendali. Supply valas dr para eksportir pun terlihat masih sangat support. Tentu BI akan terus mengawal pergerakan rupiah untuk menjaga market confidence. Kondisi kecukupan cadangan devisa juga masih dalam kondisi yang terjaga," kata Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto kepada Bloomberg Technoz, Jumat pagi.
Tekanan yang dihadapi oleh rupiah sepekan terakhir sudah membukukan pelemahan 0,72%, kebanyakan adalah karena sentimen pasar global yang melambungkan pamor dolar AS.
(rui)




























