Logo Bloomberg Technoz

Mia Gindis - Blooomberg News

Bloomberg, Amerika Serikat (AS) membalikkan perkiraannya tentang proyeksi pasokan minyak mentah tahun depan. Awalnya, mereka memprediksi akan terjadi surplus atau kelebihan pasokan; namun kini mulai menyerukan potensi defisit pasar minyak pada 2025; meski dalam jumlah yang kecil.

Laporan bulanan Energy Information Administration AS memprediksi konsumsi minyak global akan melebihi produksi sebesar 100.000 barel per hari pada tahun 2025. Hal ini berbanding terbalik dari prediksi yang dikeluarkan bulan lalu tentang potensi surplus 300.000 barel per hari. 

Perkiraan terbaru ini muncul setelah OPEC dan sekutunya menunda kenaikan pasokan selama tiga bulan. Keputusan ini diperkirakan akan memicu pengetatan pasar. 

Akan tetapi, Badan Energi Internasional (IEA) mengeluarkan prediksi yang berbeda dari AS. Mereka memperkirakan akan terjadi surplus satu juta barel per hari pada tahun 2025; meskipun ada keputusan OPEC+. Namun, IEA sendiri akan memperbarui perkiraannya akhir minggu ini. 

Revisi ke bawah menunjukkan “pasar yang terlalu bearish dan sejak itu merevisi hasil-hasil skenario terburuk,” kata Jon Byrne, analis di Strategas Securities. Meski demikian, menurut dia, pembalikan perkiraan tersebut kemungkinan tidak akan berdampak besar, karena pasar memang telah memperhitungkan potensi penundaan produksi OPEC+. 

“Kami mempertahankan pandangan kami untuk pasar yang terikat pada kisaran US$65 hingga US$75 untuk WTI,” kata Byrne, mengacu pada West Texas Intermediate. Kontrak berjangka diperdagangkan di atas US$68 per barel pada hari Selasa di New York. 

Para investor mengamati dengan seksama neraca untuk tahun depan, karena lemahnya permintaan dan meningkatnya produksi di luar OPEC membuat harga minyak berjangka berada di kisaran yang terbatas. Menambah sentimen bearish, Arab Saudi memangkas harga minyak untuk para pembeli di Asia pada akhir pekan, menggarisbawahi prospek pasar yang melemah.

(bbn)

No more pages