Logo Bloomberg Technoz

Dampak Berlapis Target Ambisius Prabowo Suntik Mati PLTU

Mis Fransiska Dewi
30 November 2024 12:30

Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Asap keluar dari cerobong PLTU Suralaya di Merak, Cilegon, Banten, Rabu (30/8/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ambisi Presiden Prabowo Subianto untuk memadamkan seluruh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara dalam 15 tahun dianggap membutuhkan biaya yang besar dan menimbulkan dampak berlapis. 

Wakil Kepala Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) Elrika Hamdi menilai negara tidak akan mampu untuk memenuhi pembiayaan target tersebut. Pun, ketika harus mencari pinjaman dana murah yang berasal dari bank dunia, Asian Development Bank (ADB), hingga dana publik, pinjaman tersebut memiliki limitasi. 

“Sebenarnya ada saja beberapa [lembaga keuangan] yang mengindikasikan interest untuk bisa membiayainya. Tapi kalau semuanya memakai commercial financing nggak akan jadi ekonominya, tak akan tercapai. Makanya harus ada dana murah,” kata Elrika di sela Ecofest 2024 oleh Bloomberg Technoz, dikutip Sabtu (30/11/2024). 

Di sisi lain, pemerintah juga perlu memikirkan dampak terhadap PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) sebagai pemilik kapasitas jaringan listrik. Dia mencontohkan, jika 1 Gigawatt (GW) yang ada di PLTU harus bisa diganti dari pembangkit energi terbarukan lainnya. Tak hanya itu, pemilik aset PLTU juga terdampak. Pasalnya, PLTU itu masa pakainya masih 30-40 tahun kemudian. Namun, harus ditutup lebih cepat sehingga menimbulkan adanya penyusutan. 

“Apakah pengganti tersebut bisa sama murahnya sama yang biasa mereka dapatkan dari si PLTU? Bisa kompetitif nggak harganya sama PLTU? Karena kita ngomongin baseload ya, kita bukan ngomongin renewable. Jadi untuk bisa mendapatkan baseload menggantikan 1 GW itu nggak mudah,” tutur Elrika. 

Bloomberg Billionaires Index Indonesia