Bloomberg Technoz, Jakarta - Emiten pengelola makanan cepat saji PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), perusahaan pengelola restoran cepat saji KFC Indonesia masih terus didera kerugian, yang turut menyebabkan penutupan gerai hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) pegawai.
Saham perusahaan juga terus turun, tercatat diperdangkan 55% lebih rendah dari pencapaian KFC Indonesia pada awal tahun 2024.
Kerugian tersebut juga tak lepas dari masih melekatnya efek sentimen boikot karena dianggap memiliki kaitan dengan Israel di tengah-tengah konflik yang terjadi di Gaza, Palestina sejak Oktober 2023 lalu.
Dalam laporan keuangan teranyar yang berakhir September 2024, KFC Indonesia membukukan kerugian bersih sebesar Rp557 miliar, atau jauh lebih besar 266,59% secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Perseroan juga melaporkan jumlah gerai yang dimilikinya hingga akhir kuartal III/2024 sebanyak 715 gerai. Pada akhir 2023, fast masih mengelola gerai sebanyak 762. Artinya, perusahaan telah menutup 47 gerai sejak awal tahun ini.
Penutupan gerai KFC Indonesia tersebut berimbas pada pengurangan jumlah pegawai atau karyawan yang juga tercatat berkurang 2.274 orang, menjadi sebanyak 13.715 orang dari posisi akhir Desember yang sebanyak 15.989 pegawai.
Itu juga disebabkan oleh melorotnya pendapatan perseroan sebesar 22,28% YoY menjadi Rp3,59 triliun, akibat turunnya penjualan makanan dan minuman.
"Memasuki kuartal terakhir 2023, keadaan diperberat dengan adanya boikot terhadap brand-brand asal Amerika Serikat sebagai imbas dari konflik Timur Tengah," tulis manajemen FAST dalam keterbukaan informasinya, pertengahan tahun ini.
Sementara itu, KFC Indonesia hingga akhir September 2024 tercatat sebesar Rp3,82 triliun, atau menyusut dari Rp3,91 triliun pada akhir Desember 2023. Jumlah liabilitas dan ekuitas masing-masing tercatat Rp3,56 triliun dan Rp262,1 miliar.
(wep)