Bloomberg Technoz, Jakarta - Libur Lebaran 2023 yang berlangsung selama delapan hari, 19-26 April, tampaknya telah memupuk animo pemodal asing dalam berinvestasi di pasar keuangan domestik. Setelah libur panjang usai, para investor asing langsung tancap gas memborong saham dan obligasi rupiah.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Indonesia, dalam dua hari perdagangan bursa 26-27 April, investor asing telah mencatat beli bersih di pasar keuangan domestik sebesar Rp6,02 triliun. Terdiri atas, beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp3,81 triliun dan beli neto Rp2,21 triliun di pasar saham.
Aksi borong saham dan obligasi negara oleh investor asing itu menjadikan nilai pembelian bersih selama 2023 hingga data setelmen 27 April, mencapai Rp60,73 triliun di pasar SBN dan Rp13,63 triliun di pasar saham.
Khusus di pasar saham, walau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan ini dengan pelemahan 0,43% ke level 6.915,72, Jumat (28/4/2023), investor asing masih melanjutkan aksi borong saham dengan torehan beli bersih saham senilai Rp621,04 miliar, naik 56,18% dibandingkan nilai beli bersih hari sebelumnya.
Itu menjadi reli pembelian saham (net buy) oleh asing dalam 9 hari berturut-turut sejak 11 April lalu, non libur Lebaran.
Adapun di pasar obligasi, posisi terakhir kepemilikan asing di SBN pada 26 April mencapai Rp823 triliun, menurun tipis 0,08% dibanding posisi sebelum libur Lebaran 18 April. Namun, posisi itu masih di atas rata-rata kepemilikan asing sepanjang 2023 yang berkisar Rp771,64 triliun.
Persepsi risiko investasi membaik
Bank Indonesia juga mencatat, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun per 27 April juga menurun ke 93,67 bps dari posisi 94,53 bps per 21 April. Penurunan premi CDS mengindikasikan persepsi risiko investasi di Indonesia semakin membaik.
Dengan inflasi yang semakin melandai dan sejauh ini jinak lebih cepat daripada perkiraan bank sentral, Indonesia dinilai cukup stabil dengan puncak bunga BI7DRR sudah tercapai.
Penguatan nilai tukar rupiah juga masih konsisten dengan posisi terakhir ditutup di Rp14.670/US$, level terkuat sejak Agustus 2022.
BI dinilai memiliki ruang untuk pengguntingan bunga acuan, mengakhiri siklus pengetatan moneter yang telah dimulai sejak Agustus 2022 hingga Januari lalu.
Bank sentral sudah menahan bunga acuan di posisi 5,75% sejak Januari dan kini pasar menanti apakah otoritas moneter itu bakal berbalik arah memangkas bunga acuan, terutama untuk mencegah perlambatan penyaluran kredit perbankan menggagalkan target pertumbuhan tahun ini.
(rui/wep)