Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu 11 September 2024, berpotensi variatif (Mixed) dengan kehati-hatian menanti respons pasar terhadap data Ekonomi Amerika Serikat malam nanti, yaitu inflasi Harga Konsumen (CPI) dan esok data inflasi Harga Produsen (PPI) sebagai petunjuk keputusan suku bunga The Fed pekan depan.

Adapun pada perdagangan kemarin Selasa (10/9/2024), IHSG mencatat kenaikan 58,64 poin, atau menguat 0,76% dan menutup perdagangan pada level 7.761.

Analisis Teknikal IHSG Rabu 11 September 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

Secara teknikal IHSG berpotensi melanjutkan trend penguatan, dengan terkonfirmasi membentuk Higher High dalam tren jangka pendek, bersamaan dengan keberhasilan breakout resistance IHSG dalam time frame daily.

Target kenaikan selanjutnya menuju area level 7.780 sampai dengan 7.800 sekaligus berpotensi kembali pecah rekor level tertinggi IHSG atau All Time High secara intraday. Adapun resistance sebelumnya yang berhasil ditembus, kini menjadi support IHSG pada level 7.720 dan 7.700 sebagai support kuatnya.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Perhatian pasar global tertuju pada rilis data inflasi Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) nanti malam, disusul data inflasi Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) hari berikutnya.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, jelang terbitnya data penting bagi The Fed, survei dari 22V Research menunjukkan 56% responden meyakini bahwa inflasi inti berada dalam jalur yang ‘Sesuai dengan harapan Federal Reserve.’ 

Mencapai 48% investor yang disurvei memperkirakan reaksi terhadap CPI adalah ‘Beragam/Diabaikan,’ 32% mengatakan ‘Risk-On’ dan hanya 20% ‘Risk-Off.’

“Mengingat ekspektasi pasar yang agresif terhadap pemangkasan suku bunga The Fed, angka yang lebih tinggi seharusnya mengarah pada volatilitas yang lebih rendah,” ujar Sameer Samana dari Wells Fargo Investment Institute.

“Angka yang lebih dingin memiliki lebih banyak risiko dua arah karena menciptakan lebih banyak ruang bagi The Fed untuk memangkas, tetapi juga dapat mengindikasikan bahwa Ekonomi melambat lebih cepat daripada yang diantisipasi.” jelasnya.

Mencermati gerak pasar, Tom Essaye di The Sevens Report menguraikan pertumbuhan Ekonomi AS tidak diragukan lagi dan jelas kehilangan momentum, tetapi soft landing tetap lebih mungkin terjadi daripada hard landing. Fokus minggu ini kembali ke inflasi.

Inflasi AS. (Dok: Bloomberg)

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, data CPI AS yang dijadwalkan dirilis pada malam nanti diprediksi akan memperlihatkan moderasi pada inflasi utama di Agustus menjadi 2,6% yoy dari sebelumnya 2,9% yoy sementara secara bulanan inflasi diperkirakan tetap di 0,2%.

Rilis data CPI dan PPI minggu ini adalah data penting yang akan diperhatikan oleh investor sebelum keputusan suku bunga oleh Federal Reserve pada tanggal 18 September, pekan depan.

“Sebagian investor akan merasa kecewa jika Federal Reserve hanya menurunkan suku bunga sebesar 25 bps. Namun jika suku bunga dipangkas 50 bps, sebagian investor yang lain akan akan merasa khawatir karena Federal Reserve dianggap bersikap terlalu reaktif terhadap perlambatan ekonomi yang sedang berlangsung,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

CME FedWatch Tools mencatat 69% peluang pemangkasan 25 bps dan 31% peluang pemangkasan 31% dalam FOMC 17-18 September 2024.

Dari dalam negeri, Penjualan Ritel RI berhasil tumbuh positif pada Juli. Pada Agustus, penjualan ritel diperkirakan tumbuh lebih cepat.

Pada Selasa, Penjualan Ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di posisi 212,4 pada Juli. Menguat 4,5% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy).

“Peningkatan terutama didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Sub Kelompok Sandang, sementara penjualan Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor tercatat tetap tumbuh,” sebut keterangan BI.

Pada Agustus, BI memperkirakan IPR berada di 215,9. Tumbuh 5,8% yoy.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,76% ke 7.761 disertai munculnya volume pembelian. 

“Skenario terbaiknya, apabila masih mampu bergerak di atas 7.654 maka IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatannya menguji 7.800-7.824 untuk membentuk wave (v) dari wave [i],” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (11/9/2024).

Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG terkoreksi ke bawah 7.654 maka IHSG akan terkoreksi ke rentang 7.404-7.499.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BBNI, INKP, PANI, dan TOWR.

Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, Kemarin, IHSG catat all time high (ATH) baru di level 7.761,38 (+0.761%) di perdagangan Selasa (10/9). 

“Secara teknikal, IHSG terjaga di atas MA-5 dengan Stochastic RSI yang cenderung bergerak naik dari oversold area. Dengan demikian, IHSG berpotensi uji resistance pada level 7.800 pada Rabu (11/9),” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ACES, BBRI, BBTN, TOWR, SMRA, dan BFIN.

(fad/wep)

No more pages