Logo Bloomberg Technoz

OJK: Pendanaan Agresif ke Energi Terbarukan Justru Jadi Bumerang

Wike Dita Herlinda
29 March 2023 19:19

Ilustrasi pembangkit listrik berbahan batubara. (Tomohiro Ohsumi/Bloomberg)
Ilustrasi pembangkit listrik berbahan batubara. (Tomohiro Ohsumi/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Nusa Dua —  Kendati desakan global agar Asia Tenggara segera beralih ke energi hijau kian menguat, tidak ada cara lain bagi kawasan tersebut untuk mendanai proses transisi secara gradual. Meninggalkan energi fosil secara dadakan dinilai justru akan mencederai perekonomian anggota Asean.

Dalam konteks itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menjelaskan Asia Tengara merupakan satu-satunya regional di dunia yang diprediksi mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya pada 2023. Itu mengapa anggota Association of Southeast Asian Nations (Asean) disebut episentrum global. 

Seiring dengan makin strategisnya posisi Asean dalam perekonomian dunia, tuntutan untuk menuju pendanaan berkelanjutan (sustainable financing) pun makin kuat. Terlebih, dunia sedang menghadapi tantangan perubahan iklim yang kian akut. 

“Namun, untuk mendanai transisi, dari berbasis energi fosil ke energi hijau, harus dilakukan secara gradual. [Berbeda dengan negara-negara Barat], kita ini kelompok yang [memiliki pendekatan] berbeda dalam mengatasi isu lingkungan,” ujarnya  di sela Seminar on Financing Transition in Asean, yang merupakan bagian dari rangkaian pertemuan Asean Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM) di Nusa Dua, Rabu (29/3/2023). 

Polusi pembangkit listrik berbasis batu bara. (Sumber: Bloomberg)

Mahendra menggarisbawahi, meski investasi energi hijau memiliki tujuan mulia, transisi yang dilakukan secara drastis justru akan melukai stabilitas keuangan negara-negara Asean. Terlebih, kawasan tersebut memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap energi fosil atau batu bara.