Logo Bloomberg Technoz

Kedua, kenaikan harga minyak dunia akibat tensi geopolitik yang pada ujungnya akan membebani ongkos bahan bakar dan biaya logistik bagi eksportir.

Ketiga, WTO [World Trade Organization] hampir tidak punya peran dalam tujuannya untuk menjaga perdagangan bebas dan perdagangan global. Sebaliknya, hampir semua negara malah melakukan kebijakan proteksi dengan hambatan nontarif,” kata Benny.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 mencapai US$22,43 miliar, naik 16,4% dari bulan sebelumnya. Capaian tersebut ditopang oleh penjualan logam mulia, emas perhiasan, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewani/nabati

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan nilai ekspor migas tercatat US$1,29 miliar atau naik 5,62% pada Maret, sedangkan nonmigas naik 17,12% dengan nilai US$21,15 miliar.

Peningkatan nilai ekspor bulan ketiga tahun berjalan didorong ekspor nonmigas, terutama pada logam mulia emas perhiasan dengan andil peningkatan sebesar 4,85%, besi dan baja dengan andil 2,35%, serta lemak dan minyak hewan atau nabati dengan andil 1,71%.

"Dari sisi ekspor migas, peningkatan terjadi pada komoditas gas dengan andil 0,34%," ujar Amalia, Senin (22/4/2024).

Kendati demikian, nilai ekspor maret 2024 secara tahunan merosot hingga 4,19%. Kontraksi ini didorong penurunan ekspor nonmigas, terutama pada bahan bakar mineral alias batu bara, besi dan baja, dan lemak dan minyak nabati alias minyak sawit atau crude palm oil (CPO).

Di sisi lain, kemarin Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi April. Sesuai ekspektasi, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat mengumumkan kenaikan suku bunga acuan.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23—24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,5%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 7%," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG, Rabu (24/4/2024).

(wdh)

No more pages