Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Jerome Powell terbaru memberi sinyal bahwa para pembuat kebijakan akan menunggu lebih lama dari perkiraan sebelumnya untuk mulai memangkas suku bunga, setelah serangkaian data inflasi yang sangat tinggi.

Powell mengacu pada kurangnya kemajuan terkait laju inflasi setelah sempat turun dengan cepat pada tahun lalu. Ia mengatakan, para pejabat The Fed kemungkinan butuh waktu lebih lama untuk yakin bahwa inflasi sedang menuju target sebesar 2%.

Jika tekanan harga terus berlanjut, ungkap Powell, The Fed dapat mempertahankan suku bunga tetap stabil "Selama diperlukan."

Komentar Powell menandakan adanya perubahan dalam pesan usai inflasi, yang diukur dengan inflasi favorit The Fed, melampaui perkiraan selama tiga bulan berturut-turut. Menurut Jeffrey Roach di LPL Financial, Powell juga mengisyaratkan bank sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih lama dari rencana semula, Higher for Longer.

Setelah memulai tahun dengan memperkirakan hingga enam pemotongan suku bunga pada 2024, atau 1,5 poin persentase pelonggaran, para pelaku pasar kian ragu akan adanya penurunan, bahkan sebesar setengah poin.

Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed, yang runtuh dalam dua pekan belakangan, semakin menurun setelah komentar Powell terkait inflasi. Sekitar 40 basis poin pelonggaran tetap diperkirakan untuk tahun ini.

Senada, Gubernur The Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan beberapa data baru-baru ini, termasuk indeks harga konsumen, "Tidak mendukung" soft landing (Perekonomian yang melambat namun terhindar dari resesi).

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, seiring dengan naiknya nilai tukar USD ke level tertinggi dalam lebih dari lima bulan setelah data Penjualan Ritel (Retail Sales) Amerika Serikat untuk Maret keluar lebih baik dari ekspektasi. Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga acuan tahun ini. 

“Peningkatan ketegangan geopolitik juga menekan sentimen pasar karena investor menunggu respon Israel terhadap serangan misil dan drone oleh Iran akhir pekan lalu,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Dari dalam negeri, Survei Konsumen Bank Indonesia untuk Maret 2024 mengindikasikan Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2024 mencapai 123,8, lebih tinggi dibandingkan dengan 123,1 pada bulan sebelumnya.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 1,68% ke 7.164 disertai dengan munculnya volume penjualan, IHSG pun menimbulkan adanya gap pada rentang 7.188-7.239. 

“Dengan tertembusnya support di 7.099, maka saat ini posisi IHSG diperkirakan sedang berada di akhir wave A dari wave (2), sehingga pergerakan IHSG berpeluang untuk menguat membentuk wave B ke rentang area 7.214 hingga 7.306,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (17/4/2024).

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, INCO, INKP, MDKA, dan TOBA.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpeluang rebound dengan menutup gap ke kisaran 7.200-7.240 di Rabu (17/4). 

“IHSG membentuk pola candlestick menyerupai hammer di perdagangan Selasa (16/4). Pola ini diikuti dengan kenaikan Stochastic RSI dari oversold area (16/4). Selain itu pelemahan yang relatif terbatas di Wall Street juga berpotensi meredam aksi jual di pasar saham Indonesia pada hari ini (17/4),” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi saham-saham pertambangan, cenderung masih memperoleh keuntungan jangka pendek dari pelemahan signifikan nilai tukar Rupiah, diantaranya AKRA, INCO, TKIM, INKP, ADMR, ADRO, dan sejumlah saham infrastruktur (JSMR, EXCL dan ISAT).

(fad)

No more pages