Logo Bloomberg Technoz

Pasar obligasi negara berkembang Asia berhasil menguat 1,4% pekan lalu, membuat daya tariknya kian tinggi. Sebaliknya, obligasi di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika harganya turun 1%. Sementara obligasi Amerika Latin anjlok hampir 2%.

Rata-rata premi perlindungan (Credit Default Swap/CDS) untuk obligasi negara berkembang Asia ada di kisaran 83 basis poin (bps). Sebagai perbandingan, CDS untuk negara berkembang global ada di 141 bps.

Mata uang negara berkembang Asia berkinerja cukup baik belakangan ini, membuat imbal hasil (yield) terjangkar. Baht Thailand, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan memimpin ‘klasemen’ 23 mata uang negara berkembang dunia.

Fundamental ekonomi juga mendukung pasar obligasi negara berkembang Asia, Inflasi di Korea Selatan, Filipina, Thailand, hingga China sejalan dengan proyeksi para ekonom. Ini menandakan tekanan harga sudah mereda.

Rata-rata inflasi di Asia relatif rendah dibandingkan Amerika Latin, Eropa Tengah, Timur Tengah, dan Afrika, sebut laporan para ekonom Goldman Sachs Group Inc termasuk Andrew Tilton. Sebagai tambahan, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang Asia masih kuat dibandingkan negara berkembang lain di dunia, karena pencabutan zero Covid-19 di China, sebut laporan itu.

(bbn)

No more pages