Logo Bloomberg Technoz

Dividend trap adalah istilah untuk menyebut sebuah kondisi di mana investor terjebak memegang saham yang harganya terus menurun setelah dividen diberikan. Jebakan dividen biasanya dimulai dengan kenaikan harga saham yang dikira memberi dividen yield tinggi sehingga menarik investor untuk masuk.

Namun, sebenarnya harga saham itu sedang mengalami downtrend tajam. Alhasil, investor yang terlanjur masuk akan dipaksa menghadapi floating loss akibat harga saham tersebut terus menurun pasca cum date berlaku. 

Agar terhindari dari jebakan dividen, seorang pemodal perlu membiasakan diri untuk tidak FOMO atau ikut-ikutan dalam berinvestasi di instrumen apapun. Selain itu, “Jangan membeli saham [pemberi dividen] mendekati cum date,” saran pertama dari tim Emtrade, aplikasi belajar saham yang didirikan oleh praktisi pasar modal Ellen May, kepada Bloomberg Technoz, Selasa (21/3/2023).

Nama Emiten Cum Date Ex Date Dividen/Lembar Dividend Yield
BBRI 21 Maret  24 Maret  Rp 231* 4,75%
BMRI 24 Maret  27 Maret Rp 529 5,26%
BBNI  27 Maret  28 Maret Rp 390 4,30%
ESSA 27 Maret  28 Maret Rp 45 4,74%
BBCA 28 Maret 30 Maret Rp 170* 2%
BBTN 28 Maret  30 Maret Rp 43 3,55%

Kedua, pahami cara menghitung dividend yield yang tepat. Dividend yield adalah persentase keuntungan yang didapatkan investor dari dividen terhadap rata-rata harga saham yang ia miliki. Dividend yield didapatkan dari dividen per lembar dibagi rata-rata harga saham yang dimiliki.

Bila dividen yield di atas potensi penurunan harga saat ex-date, maka investor bisa untung. Sebaliknya, bila dividend yield lebih kecil dibanding potensi penurunan harga saat ex-date, maka ia akan merugi.

Ex date adalah tanggal di mana investor sudah tidak berhak atas pembagian dividen. Sebaliknya, cum date atau cummulative date adalah tanggal terakhir di mana investor masih dapat mencatatkan diri sebagai penerima dividen.

Langkah ketiga agar terhindar dari jebakan dividen adalah penting bagi investor untuk menganalisis secara teknikal lebih dulu sebelum masuk ke saham pemberi dividen. Dari sana bisa diukur apakah saham tersebut tengah berada dalam tren menurun atau memang tengah menguat. 

Strategi Berburu Saham Dividen

Bukan hanya 6 emiten tadi yang berencana membagi dividennya tahun ini. Bulan-bulan mendatang, masih banyak deretan saham yang akan memberikan dividen dan bisa dipertimbangkan oleh investor.

Bagaimana berburu saham dividen yang tepat agar bisa mendapat dua untung sekaligus yaitu dividen dan capital gain saat saham dijual kelak, berikut ini yang dapat diterapkan pemodal.

Pertama, carilah saham dengan dividend yield tinggi. Kedua, pilih emiten dengan pertumbuhan laba yang solid. “Laba yang besar dan tumbuh positif bisa meningkatkan peluang pembagian dividen lebih besar,” jelas Emtrade.

Ketiga, pilih emiten yang keuangannya sehat. Indikasinya antara lain, kondisi utangnya sehat.

Rasio utang yang sehat bisa meringankan beban perusahaan sehingga laba yang dialokasikan untuk pembagian dividen juga bisa lebih besar. Indikator kesehatan lain adalah cash flow. Perusahaan dengan arus kas positif berpeluang lebih besar membagikan dividen secara konsisten. 

Selain itu, sebelum memutuskan pembelian saham pemberi dividen, jangan lupa juga untuk mengecek dan menganalisis lagi beberapa hal berikut ini. Misalnya, besar dividend payout ratio yaitu bagian dari laba bersih yang disetujui oleh perusahaan untuk dibagikan sebagai dividen.

Lalu, dividend per share atau dividen per saham di mana ini bisa digunakan untuk menghitung dividen yang akan didapatkan investor sesuai dengan jumlah lot saham yang ia miliki.

Selanjutnya adalah dividend yield yakni persentase keuntungan yang akan didapatkan dari dividen berdasarkan harga saham rata-rata yang dimiliki. Terakhir, likuditas saham.

“Apakah pasca ex-date dividen, saham tersebut masih bisa ditransaksikan jual-beli, itu juga penting diukur,” jelas tim Emtrade lebih lanjut.

(rui/wep)

No more pages