Logo Bloomberg Technoz

Pilihan Investasi Saham di Tengah Ketidakpastian Bursa Global

Whery Enggo Prayogi
18 March 2023 09:08
Dok Bloomberg
Dok Bloomberg

Bloomberg Technoz, Jakarta - Berinvestasi di pasar modal Indonesia saat situasi bursa global penuh ketidakpastian, membuat investor harus lebih berhati-hati. Pilihan sektor saham harus lebih cermat.

Menurut praktisi investasi dan perencana keuangan OneShildt, Mohamad Andoko, berinvestasi pada saham-saham sektor energi tidak lagi menarik tahun ini, setelah menjadi primadona sepanjang 2022.

"Kalau kita lihat tahun lalu, perusahaan energi oke, tapi per Maret [menjadi] paling rendah, turunnya cukup drastis," kata Andoko di Jakarta, Jumat (17/3/2023).

Andoko menilai, saham perbankan dan ritel masih tetap menarik untuk jadi pilihan investasi. Terlebih pada emiten perbankan yang memiliki fundamental baik dan berkinerja solid sepanjang tahun lalu.

"Secara fundamental banking bagus. Apalagi di saat bersamaan laporan keuangan bank bagus, bisa jadi pilihan investor untuk mencari dividen. Bank-bank seperti Bank Mandiri, BNI, dan BRI mengumumkan [dividen] di 5%-6%, itu lebih dari cukup. Lebih tinggi dari deposito dan inflasi," papar dia.

Untuk saham sektor ritel juga memiliki momentum pertumbuhan karena tahun ini Indonesia memasuki periode pemilu, yang puncaknya berlangsung di 2024. "2023 jelang 2024 pemilu, biasanya lebih diuntungkan ritel, namun kita bisa lihat nanti berkembangannya," kata dia.

Andoko menambahkan satu sektor yang bisa jadi alternatif investasi, yaitu otomotif. Meski dalam jangka panjang investor perlu memantau pergerakan suku bunga dalam negeri, efek kebijakan ketat interest rate Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.

Dok Bloomberg

"Otomotif dengan penetrasi kendaraan listrik bisa dipertimbangkan karena nanti bisa jadi peningkatan dari sisi otomotif, namun perhatikan Fed rate juga, karena tetap punya potensi bunga kredit pada otomotif, juga KPR, naik [saat BI mengetatkan kebijakan suku bunga],” ujar dia.

Pilihan yang Lebih Konservatif

Jika masih ragu dengan investasi saham, terdapat pilihan lain yaitu Surat Berharga Negara (SBN). Dengan nilai imbal hasil tetap, pilihan investasi di SBN cocok untuk investor bertipe konservatif.

“Kalau kondisi saat ini apa pilihannya? tentu SBN ritel bisa jadi alternatif. Return bisa lebih bagus, dan negara terus mengeluarkan. Imbali hasil bahkan bisa jadi konsisten, 5%-6%, di atas inflasi,” cerita Andoko.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Keuangan sempat menerbitkan SBN seri SBR012 yang terbagi dalam dua tenor, dua dan empat tahun. Imbal hasil SBR012 masing-masing 6,15% dan 6,35%. 

Setelahnya Kemenkeu menerbitkan seri SBN baru dengan seri SR018 bertenor tiga tahun dan lima tahun. SR018-T3 menawarkan imbal hasil 6,25%, sedangkan SR018-T5 lebih tinggi, 6,4%. Imbal hasil bersifat tetap (fixed rate).

Saham Perbankan di Mata Analis

Pilihan investasi pada sektor perbankan tidak hanya dari Andoko. Sejumlah analis saham juga masih merekomendasikan mengakumulasi beli saham banking sector untuk berinvestasi.

Trimegah Sekuritas Indonesia memandang kinerja usaha perbankan masih baik. Tergambar dalam pencapaian laba bersih tahun lalu. Pada bulan pertama di 2023 tren kinerja juga tetap impresif.

"Semua perbankan mencatat laporan awal tahun yang sangat bagus, dengan rasio profitabilitas, likuiditas, dan efisiensi yang semakin membaik. Namun pertumbuhan tertinggi dari segi interest income, net income ada di BBCA (PT Bank Central Asia Tbk)," tulis Trimegah.

Selain Trimegah, Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga masih menetapkan outlook positif pada saham sektor ini. Meski gejolak perbankan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa sempat menjadi sentimen negatif pasar saham lokal, namun dalam jangka panjang industri perbankan Indonesia tetap kuat.

"Kami percaya bahwa kondisi industri perbankan di Indonesia tetap sehat dan tahan terhadap dampak gejolak keuangan di AS dan Eropa. Saat ini kami masih memperkirakan BI 7-DRR rate akan dipertahankan pada 5,75% sepanjang tahun ini, karena kebijakan moneter BI tetap fokus pada stabilitas," ucap Rully Arya Wisnubroto, Analis Mirae Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

"Secara keseluruhan, kami cukup optimis perekonomian Indonesia akan tetap stabil dan tahan terhadap ketidakpastian ekonomi dan pasar global," pungkas Rully.

Tulisan ini tidak disarankan sebagai acuan satu-satunya dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

(wep/roy)