Logo Bloomberg Technoz

Melemah di Februari, Rupiah Masih akan Terbebani Inflasi & Bunga

Tim Riset Bloomberg Technoz
01 March 2024 13:40

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah berhasil menutup Februari dengan penguatan tipis 0,41% point-to-point (ptp) dibanding level penutupan bulan sebelumnya.

Namun, selama Februari pergerakan rupiah lebih lemah dibanding Januari seiring masih kuatnya sentimen politik seputar penyelenggaraan Pemilu dan Pilpres dan ketidakpastian yang masih tersisa setelahnya, ditambah sentimen global yang juga masih menguatkan pamor dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah bergerak rata-rata di kisaran Rp15.657/US$ selama Februari, lebih lemah dibandingkan rentang pergerakan selama Januari yang ada di Rp15.612/US$. Sementara bila dibandingkan posisi akhir 2023, rupiah mencatat pelemahan 2% year-to-date sampai akhir Februari lalu.

Kinerja rupiah selama Februari apabila dibandingkan beberapa mata uang lain di kawasan Asia, termasuk lebih baik. Ringgit Malaysia, misalnya, pada Februari merosot nilainya sampai 6% ptp. Sedangkan dong Vietnam mencatat pelemahan sekitar 0,91% ptp. Rupiah berada di kelompok valuta Asia yang masih mampu mencetak penguatan pada Februari bersama peso Filipina yang menguat tipis 0,15%, won Korea yang naik nilainya 0,22%, juga rupee India yang menguat 0,15%.

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Prospek ke depan

Kendati rupiah relatif sudah 'lolos' dari sentimen pemberat terkait ketidakpastian Pemilu dan Pilpres, akan tetapi residunya masih ada. Pelaku pasar masih akan mencermati prospek dan arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru nanti.