Logo Bloomberg Technoz

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan menyatakan, nilai penawaran masuk dari investor asing tercatat meningkat dua kali lipat mencapai Rp 13,03 triliun dari sebesar Rp 6,79 triliun pada lelang sebelumnya.

"Incoming bids dari pemodal asing tersebut mayoritas pada seri SUN seri 5 dan 10 tahun mencapai Rp 10,3 triliun atau 79% dari total incoming bids asing di mana dari angka itu dimenangkan sebesar Rp 6,56 triliun," jelas Deni pada Bloomberg Technoz, Selasa sore (14/3/2023).

Posisi kepemilikan investor asing di SBN sampai 13 Maret mencapai Rp 796,81 triliun, meningkat 4,4% dari posisi awal tahun 2023 yang sebesar Rp 762,91 triliun. Posisi foreign ownership di SBN tersebut setara dengan 14,63% dari total SBN yang bisa diperdagangkan di pasar sekunder. 

Sentimen SVB tekan yield SUN

Penjaga keamanan di depan pintu kantor pusat Silicon Valley Bank (SVB) di Santa Clara, California, AS, Senin (13/3/2023) (David Paul Morris/Bloomberg)

Lelang hari ini digelar di tengah situasi pasar yang tengah menghadapi guncangan menyusul keruntuhan tiga bank di Amerika yang membuat kecemasan meningkat tajam di pasar keuangan di seluruh dunia. 

Hampir semua bursa saham tertekan dengan nilai penurunan yang cukup besar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2% akibat aksi jual saham-saham bank, tersulut sentimen buruk kejatuhan Silicon Valley Bank yang juga menjatuhkan saham-saham perbankan di seluruh dunia. 

Tingkat imbal hasil atau yield SUN tenor 10 tahun terus menurun menyusul sentimen pivot The Fed yang menurunkan yield US Treasury (Bloomberg)

Catatan Bloomberg, dalam tiga hari saja, kapitalisasi pasar gabungan dari MSCI World Financial Index dan MSCI EM Financial Index telah turun US$ 465 miliar atau setara Rp 7.153 triliun. 

Tekanan yang dialami pasar di seluruh dunia gara-gara sektor perbankan Amerika telah memupus ekspektasi kenaikan bunga acuan The Federal Reserves. Tingkat imbal hasil US Treasury 10 tahun pun terseret turun kembali ke kisaran 3,539% mengindikasikan pemodal kembali menyerbu obligasi pemerintah AS.

Tingkat yield yang turun menandakan harga obligasi kembali naik terdorong peningkatan permintaan pasar. Padahal pekan lalu, yield US Treasury masih terus naik hingga sempat menyentuh 4% terdorong aksi jual obligasi menyusul sentimen hawkish The Fed.

Penurunan yield US Treasury jangka panjang yang juga diikuti terkikisnya yield US Treasury jangka pendek hingga 47 bps ke posisi 4,05% menunjukkan outlook pergerakan suku bunga ke depan yang diprediksi akan melandai sebagai respon krisis likuiditas di perbankan di AS saat ini, menurut catatan Samuel Sekuritas, Selasa (14/3/2023).

Bukan hanya obligasi pemerintah AS saja yang kembali diburu. Surat Berharga Negara (SBN) juga menjadi incaran pemodal yang beramai-ramai keluar dari aset ekuitas (yang dinilai lebih berisiko) dan menyerbu aset yang dinilai lebih kecil risikonya seperti surat utang negara. Terindikasi dari penurunan yield SUN 10 tahun ke posisi 6,782% pada Selasa ini di mana harganya beranjak di atas par, persisnya di posisi 101,55. 

Harga SUN tenor 5 tahun kembali naik terdorong aksi beli oleh pemodal (Bloomberg)

Tidak mengherankan bila rata-rata yield tertimbang yang dimenangkan untuk semua seri yang dilelang hari ini, kesemuanya turun dibandingkan gelar lelang sebelumnya. Sebagai contoh, seri FR0096 dalam lelang 28 Februari mencatat Weighting Average Yield (WAY) sebesar 6,85%, sedang dalam lelang hari ini posisinya turun ke 6,7%. Begitu juga untuk seri FR0095 dari WAY 6,54% menjadi 6,33%.

Deni mencatat, peningkatan demand SUN di pasar perdana itu membawa WAY dalam gelar lelang hari ini bergerak turun antara 6-20 bps dibanding lelang sebelumnya. "Penurunan terbesar pada seri SUN tenor 5 tahun yaitu sebesar 20 bps atau di level 6,33913% merupakan level WAY tenor 5 tahun terendah [year to date]," jelas Deni.

Dengan berbaliknya arah sentimen bunga The Fed, aset-aset dari pasar negara berkembang kemungkinan akan menjadi buruan kembali oleh para pemodal terutama bila situsi di Amerika masih penuh gejolak ketidakpastian. Aset yang dinilai masih menjanjikan karena less risky dalam hal ini adalah obligasi negara emerging market yang memberikan tingkat keuntungan menarik.

(rui/aji)

No more pages