Bloomberg Technoz, Jakarta - Angka penjualan Hermes melonjak pada laporan akhir tahun lalu, seiring berkembangnya produsen tas Birkin di tengah melambatnya permintaan barang-barang mewah.
Pendapatan operasional untuk tahun ini naik menjadi €5,65 miliar (US$6,1 miliar, setara Rp95 T), melampaui perkiraan para analis.
Pendapatan kuartal keempat naik 17,5% dengan nilai tukar konstan, Hermes International SCA mengatakan dalam sebuah pernyataan Jumat (9/2/2023). Analis memperkirakan kenaikan sekitar 14%. Perusahaan juga mengumumkan rencana dividen luar biasa sebesar €10 per saham.
Saham Hermes naik sebanyak 4,9% di awal perdagangan Paris, menjadikan kenaikan tahun ini menjadi 13%, melampaui rivalnya LVMH dan Kering SA.
Meskipun permintaan akan produk-produk mewah menurun pascapandemi, merek Hermes masih memikat pelanggan kaya yang ingin berbelanja secara royal pada tas tangan yang sulit didapat dan syal sutra yang mahal. Seluruh divisi utama perusahaan yang berbasis di Paris ini tumbuh setidaknya 10%.
Dalam percakapan telepon dengan wartawan, Ketua Eksekutif Hermes Axel Dumas mengatakan perusahaannya merencanakan kenaikan harga produk rata-rata 8%-9% pada tahun 2024, menunjukkan kekuatan harga label tersebut di tengah pasar barang mewah yang lebih “terpolarisasi”.
Pertumbuhan triwulanan paling kuat terjadi di Jepang dan Amerika, sementara Asia Pasifik kecuali Jepang menunjukkan tingkat pertumbuhan terendah.
Dumas mengatakan pada kunjungan terakhirnya ke China pada kuartal keempat, ia melihat penurunan di pusat perbelanjaan, namun mengatakan hal itu tidak mempengaruhi kinerja penjualan perusahaan.
Hasil Hermes mengikuti gambaran yang beragam untuk industri. LVMH, yang mereknya meliputi Louis Vuitton dan Christian Dior, serta pemilik Cartier Richemont menunjukkan ketahanannya. Perusahaan-perusahaan yang mengalami perubahan haluan, seperti Burberry Group Plc dan pemilik Gucci Kering, bernasib kurang baik.
(bbn)