Logo Bloomberg Technoz

Enggan Buka Data, BI & LPS Kompak Klaim Likuiditas Bank Memadai

Azura Yumna Ramadani Purnama
23 January 2024 14:50

Ilustrasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (Dok. LPS)
Ilustrasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (Dok. LPS)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kompak mengklaim bahwa likuiditas perbankan dalam kondisi baik dan memadai. Hal ini terlihat dari salah satu indikator likuiditas, yakni alat likuid per non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid per dana pihak ketiga (AL/DPK) yang masih berada di atas threshold.

Dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17 Januari lalu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo enggan membeberkan data terkait pertumbuhan DPK perbankan Desember 2023. Padahal pada periode sebelum-sebelumnya, bank sentral tak pernah absen membagikan informasi DPK kepada masyarakat melalui media. 

Jika dilihat secara historis, pertumbuhan DPK memang tercatat semakin lama semakin melandai sejak awal hingga akhir tahun lalu. Berdasarkan data BI, pada Januari dan Februari 2023, DPK masih tumbuh di level 8,03% dan 8,18%. Kemudian, pertumbuhan DPK surut pada periode Maret, April, dan Mei masing-masing ke level 7%, 6,8%, 6,55%.

Kinerja DPK perbankan bahkan sempet melorot ke level 5,79% pada Juni, tetapi kemudian mampu bangkit lagi dan tumbuh 6,62%, 6,24%, dan 6,54% pada Juli, Agustus, dan September. Namun, kondisi melemah pada Oktober dengan DPK hanya tumbuh 3,43%. Pertumbuhan DPK kembali lunglai pada November menjadi hanya 3,04%. Hingga akhirnya, bank sentral tutup mulut terkait kinerja pertumbuhan DPK Desember 2023. 

Ketika dimintai keterangan, Perry menegaskan likuiditas perbankan dalam kondisi yang memadai. Menurut dia, sumber pendanaan perbankan tak hanya bergantung pada pertumbuhan DPK, melainkan dapat pula berasal dari instrumen surat berharga negara (SBN) yang dimiliki perbankan.