Seri kedua yang juga banyak diminati pelaku pasar adalah sukuk seri PBS033 yang memiliki maturity date terpanjang yaitu Juni 2047. Nominal incoming bids untuk seri ini mencapai Rp 3,58 triliun dengan yield tertinggi yang masuk sebesar 7,33%. Pemerintah hanya menyerap Rp 1,35 triliun untuk seri ini dengan yield 7,22%.
Untuk seri-seri lain yang jatuh tempo 4 tahun (PBS003), 13 tahun (PBS037) dan 16 tahun (PBS034), pemerintah hanya menyerap masing-masing sebesar Rp 850 miliar, Rp 990 miliar dan Rp 250 miliar. Khusus untuk seri baru, pemerintah juga hanya menyerap Rp 510 miliar.
Aksi pemodal meminta yield yang lebih tinggi dalam lelang surat berharga ini dapat diduga sebelumnya seiring tekanan yang terus menerus dihadapi oleh pasar obligasi domestik akibat sentimen bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Pemodal global memilih sikap wait and see dengan melepas sebagian posisi mereka di aset-aset di pasar negara berkembang (emerging market) termasuk Indonesia, sampai ada petunjuk lebih jelas perihal arah bunga acuan The Federal Reserves. Chairman The Fed Jerome Powell akan berpidato di hadapan Kongres AS malam ini.
Pasar juga masih menanti data terbaru pasar ketenagakerjaan di negeri paman sam yang baru dirilis Jumat pekan ini, yang bisa memberikan petunjuk lebih kuat ke arah mana bunga acuan The Fed akan berujung.
Hari ini, kurs rupiah menghadapi dolar AS mengacu pada JISDOR Bank Indonesia, ditutup di posisi Rp 15.359 per dolar AS, terendah sejak 12 Januari 2023. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup di zona merah dengan level penurunan 40,24 poin atau 0,59% pada posisi 6.766,75 pada perdagangan Selasa (7/3/2023).
Tingkat yield SUN tenor 2 tahun hari ini naik 7 bps ke posisi 6,449%, sedangkan tenor 5 tahun naik ke posisi 6,503%. Untuk SUN tenor 10 tahun, yield juga meningkat 6,922%.
Kenaikan yield obligasi negara mengindikasikan ada tekanan jual terhadap harga surat utang yang menyeret turun harga SUN. Pemodal meminta kenaikan yield agar penurunan nilai obligasi yang dipegang bisa terkompensasi.
(rui)