Logo Bloomberg Technoz

Pada Desember, inflasi inti Indonesia tercatat di angka 1,8% year-on-year, terendah sejak akhir 2021 di mana angka itu juga di bawah kisaran target BI di angka 2%-4%. Terakhir level inflasi inti terendah adalah pada Desember 2021 di angka 1,56%.

Inflasi inti yang semakin rendah di level terlemah dalam dua tahun ini bisa dibaca sebagai indikasi melemahnya konsumsi masyarakat yang sejatinya menjadi motor utama pertumbuhan utama Indonesia setelah kinerja ekspor terus melemah terdampak perkembangan ekonomi global. 

Bila tekanan permintaan berlanjut, pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa lebih suram ketimbang capaian 2023 yang sudah melambat dibanding tahun sebelumnya.

Pada kuartal III-2023, sumbangan konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 52,62%, tumbuh 5,06% year-on-year, melambat dibanding kuartal sebelumnya yang masih tumbuh 5,22% secara tahunan.

Sementara sumbangan ekspor ada di urutan ketiga sebesar 21,26% dengan laju yang menurun pada kuartal III tahun lalu hingga -4,26%, terdampak perlambatan ekonomi global terutama dari China yang masih berjibaku memulihkan perekonomian.

Perlambatan konsumsi masyarakat yang sudah terlihat semakin kentara seperti tercermin dari inflasi inti yang kian rendah, membawa pertumbuhan ekonomi 2023 lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

"Kinerja ekonomi resilient di tengah pelemahan global. Ekonomi kita masih tumbuh, diperkirakan 5% sampai akhir tahun," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam paparan APBN Kita 2023, (2/1/2024).

Pemerintah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi setahun kemarin melambat mencapai 5,05%, lebih rendah dibandingkan capaian 2022 yang mencapai 5,31%.

(mfd/rui)

No more pages