Logo Bloomberg Technoz

Resesi Sektor Manufaktur AS Bisa Menjadi Kabar Baik untuk Pasar

Ruisa Khoiriyah
02 March 2023 09:55

Para Pialang sedang melakukan transaksi di Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street. Fotographer: Michael Nagle/Bloomberg
Para Pialang sedang melakukan transaksi di Bursa saham Amerika Serikat, Wall Street. Fotographer: Michael Nagle/Bloomberg

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menjadi negara dengan ukuran ekonomi terbesar sedunia membuat apapun yang terjadi dengan perekonomian Amerika Serikat (AS) secara langsung mempengaruhi apa yang terjadi di hampir seluruh dunia, terutama pergerakan pasar finansial. 

Beberapa pekan belakangan, pelaku pasar nervous akibat data Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index yang lebih tinggi dari prediksi pasar melambungkan lagi spekulasi tentang arah bunga The Federal Reserves menjadi lebih tinggi daripada perkiraan semula. Pasar pun tertekan. Namun, sentimen negatif di pasar global bisa berbalik arah bila negeri paman sam itu menunjukkan pelemahan.

Data terbaru yang dirilis kemarin yaitu angka PMI (Purchasing Manager Index) Manufaktur ISM Amerika Serikat tercatat hanya naik tipis pada Februari, ke posisi 47,7 dari semula 47,4. Rilis data tersebut mengonfirmasi kondisi sektor manufaktur di negeri paman sam yang masih menghadapi resesi. Sebagaimana diketahui, bila angkanya berada di bawah 50, itu berarti sektor tersebut masih terkontraksi. Dengan posisi PMI Manufaktur masih di 47,7, sudah jelas bahwa sektor manufaktur di AS masih resesi.

Akan tetapi di lain pihak, data terbaru itu bisa memberi angin segar bagi pasar yang tengah harap-harap cemas dengan perekonomian AS yang overheating. “Rilis data ini merupakan sinyal positif bagi pasar karena resesi sektor manufaktur yang terus berlanjut berpotensi menekan permintaan terhadap tenaga kerja di AS,” tulis Samuel Sekuritas dalam catatan pagi untuk para investor yang diterima Bloomberg Technoz, Kamis (2/3/2023).

Seperti diketahui kondisi pasar tenaga kerja yang masih ketat menunjukkan perekonomian AS masih belum dingin dan membuat The Fed harus memutar otak lebih keras agar inflasi di negeri itu bisa dijinakkan ke level target yaitu 2%. Terakhir, per Januari lalu inflasi AS masih di level 6,4% year-on-year