Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I Kamis (30/11/2023), berhasil parkir di zona hijau dengan kenaikan 46,06 poin atau setara dengan 0,65% ke posisi 7.082,15. Jelang Desember, IHSG tampaknya berusaha berada di level di atas 7.000. 

Sepanjang perdagangan sesi I IHSG bergerak nyaman di zona hijau, adapun rentang perdagangan terjadi pada area level 7.085–7.038.

Penutupan IHSG Sesi I Kamis 30 November (Bloomberg)

Data perdagangan menunjukkan nilai perdagangan hanya Rp5,12 triliun dari sejumlah 11,75 miliar saham yang berhasil diperjualbelikan. Dan frekuensi yang terjadi 711.126 kali.

Sementara kurs rupiah terpantau melemah 0,65% ke posisi Rp15.495/US$ pada pukul 12.10 WIB siang hari.

Tercatat ada penguatan 235 saham dan sebanyak 283 saham terjadi pelemahan. Sedangkan terdapat sejumlah 219 saham yang stagnan.

Sektoral saham infrastruktur dan saham teknologi menjadi pendukung utama penguatan IHSG dengan kenaikan 3,74% dan 0,89%, disusul oleh menguatnya saham transportasi sebesar 0,63%.

Sedangkan, sektoral saham perindustrian mengalami koreksi 0,43%.

Sejumlah saham-saham infrastruktur yang menjadi pendorong kenaikan IHSG adalah, PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY) yang meroket hingga 34,4%, PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) yang melesat mencapai 9,44% juga dengan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang menguat 7,75%.

Senada, saham teknologi juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) meroket 5,69%, PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) melesat naik 5,12% dan saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) menguat 3,2%.

Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak bervariasi. Indeks Nikkei 225 menguat 0,35%, indeks Kospi menguat 0,05%, indeks Strait Times Singapore drop 0,4%, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,07% dan indeks Shanghai Composite melemah 0,06%.

Gerak indeks regional tersengat sentimen pasar yang meyakini Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mungkin akan mulai memangkas suku bunga pada paruh pertama 2024.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, The Fed usai mempertahankan suku bunga yang tetap di level tertinggi dalam 22 tahun untuk pertemuan kedua berturut-turut pada awal bulan November. Pejabat tertinggi The Fed akan kembali berkumpul kembali pada 12-13 Desember, dan sebagian besar pengamat The Fed memproyeksikan mereka akan tetap mempertahankan suku bunga.

Para pembuat kebijakan akan memperbaharui proyeksi suku bunga acuan dan ekonomi mereka pada pertemuan tersebut, yang akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang kemungkinan jalur kebijakan tahun depan.

Keyakinan sudah tercapainya puncak bunga suku bunga The Fed juga makin diperkuat oleh pernyataan Presiden The Fed Loretta Mester yang menyatakan tidak ada kebutuhan bagi Bank Sentral untuk menaikkan suku bunga acuan.

Mester mengatakan, kebijakan saat ini berada pada posisi yang tepat bagi Bank Sentral untuk bersikap gesit dan merespons dengan baik terhadap prospek yang berkembang. Hal ini menunjukkan dia akan mendukung jeda suku bunga lagi sesuai dengan kebijakan suku bunga The Fed bulan depan.

"Kebijakan moneter berada dalam posisi yang baik bagi para pengambil kebijakan, untuk menilai informasi yang masuk mengenai perekonomian dan kondisi keuangan, dan menilai apakah kebijakan telah dikalibrasi dengan baik untuk memastikan bahwa inflasi berada pada jalur yang tepat untuk kembali ke target 2%," kata Mester pada Rabu di sebuah acara di Chicago.

Senada, Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, yang termasuk di antara pembuat kebijakan pertama yang mengusulkan bahwa tingkat suku bunga telah mencapai puncaknya, mengatakan bahwa dia semakin yakin inflasi secara mantap berada tepat di jalur penurunan. 

"Saya merasa semakin jelas tentang beberapa aliran penting," tulis Bostic dalam sebuah esai yang dirilis pada Rabu.

(fad)

No more pages