Logo Bloomberg Technoz

Laporan NHTSA menimbulkan pertanyaan mengenai sistem berkendara otomatis, yang disebut CEO Tesla Elon Musk sebagai hal yang sangat penting.

“Fokus kami adalah berkendara otomatis. Ini penting, bisa membedakan apakah Tesla berharga atau nol,” tegasnya dalam wawancara di Youtube pada Juni 2022.

Musk tidak merespons langsung soal laporan NHTSA. Namun dirinya mencuit di Twitter bahwa istilah “penarikan” adalah hal yang “salah” karena masalah bisa diperbaiki dengan pembaruan perangkat lunak.

Sumber: Akun Twitter @elonmusk, Bloomberg

Teknologi berkendara otomatis Tesla tengah diawasi oleh pemerintah. NHTSA ingin melihat upaya Tesla memperbaiki diri setelah lusinan insiden tabrakan. NHTSA juga tengah menyelidiki keluhan soal sistem berkendara otomatis Tesla yang kadang mengerem mendadak saat dalam kecepatan tinggi.

“Masalah utama sistem Tesla adalah nama yang mengecoh seperti Full-Self Driving dan Autopilot. Tesla tidak punya panduan untuk memastikan pengemudi tetap fokus selama di jalan,” tegas David Harkey, Presiden Insurance Institute for Highway Safety.

Situs Tela menyebut sistem Autopilot dan Full Self-Driving tetap “mengharuskan pengawasan aktif dari pengemudi dan tidak membuat kendaraan berjalan otomatis”.

Harga saham Tesla anjlok saat pemberitahuan penarikan, turun 5,7% pada perdagangan hari ini.

Kekhawatiran

NHTSA sudah memberitahu Tesla pada 25 januari bahwa mereka menemukan “kekhawatiran terkait operasional FSD Beta dalam empat kondisi berkendara” dan meminta Tesla melakukan penarikan.

Beberapa hari setelah pemberitahuan itu, Tesla bertemu dengan NHTSA. Pada 7 Februari, Tesla memutuskan untuk melakukan penarikan karena “banyak kekhawatiran” dari NHTSA.

Juru bicara Tesla tidak bisa segera dimintai keterangan.

Tesla menerima 18 klaim garansi selama periode Mei 2019 hingga September 2022 yang “mungkin terkait” dengan masukan NHTSA.

“Menyenangkan melihat Tesla tidak berusaha melawan dan bekerja sama dengan NHTSA. Ini menjadi pertanda baik bahwa perusahaan sudah mulai dewasa,” ujar Missy Cummings, Profesor di George Mason University.

No more pages