Logo Bloomberg Technoz

Lawan Inflasi dengan Pilihan Investasi Ini

Ruisa Khoiriyah
08 February 2023 15:10

Bursa Efek Indonesia. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Bursa Efek Indonesia. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ancaman inflasi tinggi masih membayangi tahun ini disusul rezim pengetatan moneter yang diprediksi akan bertahan lebih lama dari perkiraan, menuntut investor lebih jeli memilih instrumen investasi yang efektif dengan risiko sepadan. Apa saja pilihan investasi yang tepat?

Dalam acara Economic Club of Washington yang digelar Selasa malam waktu setempat, Chairman The Federal Reserves Jerome Hayden Powell, memberi pernyataan tentang arah suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) pasca dirilisnya data ketenagakerjaan yang cukup mengejutkan. Ketua Bank Sentral AS itu menegaskan, kenaikan bunga masih akan berlanjut dan terbuka kemungkinan bergerak ke level yang lebih tinggi dari perkiraan pelaku pasar bahkan bank sentral sendiri. 

Pernyataan itu menjadi sinyal kuat bagi pasar finansial di seluruh dunia bahwa rezim bunga tinggi yang sudah berjalan setahun belakangan belum akan menemui titik jeda. Arah bunga Federal Funds Rate (FFR) sangat mempengaruhi pergerakan bunga negara-negara di dunia mengingat dolar AS masih menjadi mata uang dominan sejagat. 

Indonesia juga terkena getah. Bank Indonesia (BI) telah beberapa kali mengerek bunga acuan untuk menjaga agar dana asing tidak tersedot semua ke AS dan sebagai langkah pengendalian inflasi domestik yang melonjak menyusul kenaikan BBM September lalu. Bunga acuan BI7DRR saat ini bertengger di level 5,75%. 

Inflasi. (Source BPS via Bloomberg)

Tren inflasi domestik memang sudah mulai melandai seperti yang terlihat pada Januari lalu di mana levelnya turun ke 5,28% dari sebelumnya 5,51%, akan tetapi karena inflasi inti masih di atas target bank sentral, kenaikan BI7DRR masih akan terjadi tahun ini. Terlebih apabila FFR naik melampaui perkiraan pasar yang di level 5,1%, BI7DRR ikut beringsut naik agar tekanan pada rupiah bisa diminimalisasi.