Logo Bloomberg Technoz

"Ini menunjukkan, produk alat kesehatan Indonesia mampu bersaing di kancah global,” ujar Khomaini.

Selain itu sebanyak 592 buyer telah mengunjungi Paviliun Indonesia. Diketahui bahwa terakhir kali Indonesia tampil di Arab Health adalah pada 2017 silam.

Dia menambahkan, dari potensi transaksi yang ada, kontribusi terbesar diperoleh dari enam kontrak dagang senilai US$ 850 ribu yang ditandatangani antara pelaku usaha Indonesia yaitu PT Mega Andalan Kalasan dengan sejumlah buyer yaitu Babil Medical Equipment LLC dari PEA; Samiya International LLC dari Oman; Ibn Al Haytham Center dari Qatar; Behzad Medical Est, WLL dari Bahrain; Tabasheer Medical Co. Ltd. dari Sudan; dan Anudha Ltd. dari Tanzania.

Ini menunjukkan, produk alat kesehatan Indonesia mampu bersaing di kancah global

Muhammad Khomaini

Penandatanganan enam kontrak dagang tersebut dilakukan pimpinan dari perusahaan serta disaksikan secara langsung oleh Duta Besar RI untuk PEA Husin Bagis, Konsul Jenderal RI Dubai K. Candra Negara, Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Dita Novianti Sugandi Argadireja serta Kepala ITPC Dubai Muhammad Khomaini.

Diketahui bahwa pada 2022 lalu  pemerintah menargetkan 60 persen produksi alat kesehatan (alkes) dalam negeri menggunakan komponen lokal. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa pemerintah menargetkan 60 persen produksi alat kesehatan (alkes) dalam negeri akan menggunakan meterial lokal.

“Keinginan kita sekitar 50-60 persen alat kesehatan dan obat-obatan dari hulu sampai ke hilir harus dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri,” ujar Menkes, dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Senin (29/8/2022).  

Budi mengakui, saat ini Alkes di Indonesia baik yang sudah jadi maupun bahan bakunya masih didominasi oleh produk impor. Sementara transaksi alkes impor pada periode 2019-2020 mencapai 88 persen dan produk lokal hanya berkisar 12 persen. Untuk itu, pemerintah melakukan transformasi ketahanan sistem kesehatan yang salah satu fokusnya adalah mendorong pengembangan alat kesehatan produksi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan produk kesehatan impor.

“Saat pandemi kemarin terasa sekali, cari masker susah, APD (alat pelindung diri) susah. Untuk memastikan adanya kemandirian alat kesehatan dalam negeri, kita melakukan transformasi kesehatan utamanya pilar ketiga yakni transformasi ketahanan sistem kesehatan. Jadi kalau ada pandemi lagi kita tidak bergantung dengan negara lain,” ujarnya.

Melalui transformasi ini, Budi optimistis bahwa secara bertahap Indonesia akan mampu memproduksi alat-alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Meskipun baru mampu menghasilkan alat-alat kesehatan berteknologi rendah, Menkes berharap industri kesehatan Indonesia terus berkembang sehingga nantinya mampu memproduksi alkes berteknologi tinggi.

(ezr)

No more pages