Logo Bloomberg Technoz

Potret Keresahan Terhadap Kondisi Dunia dalam Bingkai Karya Seni

Andrean Kristianto
09 May 2025 20:34

Pengunjung melihat karya seni yang dipamerkan di Neo Gallery, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pengunjung melihat karya seni yang dipamerkan di Neo Gallery, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pameran ini bertajuk ‘Utopian Dreams: Dystopian World’ karya enam seniman asal Bandung. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pameran ini bertajuk ‘Utopian Dreams: Dystopian World’ karya enam seniman asal Bandung. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pameran ini merespons kondisi dunia dan manusia yang berdiri dalam kondisi yang tak menentu. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pameran ini merespons kondisi dunia dan manusia yang berdiri dalam kondisi yang tak menentu. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pameran ini mengajak untuk mengeksplorasi hubungan antara realitas yang menuju distopia dengan potensi gambar-gambar yang utopis. (Andrean Kristianto)

Pameran ini mengajak untuk mengeksplorasi hubungan antara realitas yang menuju distopia dengan potensi gambar-gambar yang utopis. (Andrean Kristianto)

Mereka menggali kemungkinan-kemungkinan di balik keruntuhan sistemik. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Mereka menggali kemungkinan-kemungkinan di balik keruntuhan sistemik. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Karya seni yang ditampilkan  hasil refleksi mendalam atas lanskap dunia yang rusak akibat perubahan iklim dan krisis ekologis. (Andrean Kristianto)

Karya seni yang ditampilkan hasil refleksi mendalam atas lanskap dunia yang rusak akibat perubahan iklim dan krisis ekologis. (Andrean Kristianto)

Lewat karya dua dimensi berbahan plat logam, sang seniman menghadirkan distopia sebagai kondisi liminal. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Lewat karya dua dimensi berbahan plat logam, sang seniman menghadirkan distopia sebagai kondisi liminal. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pameram berjudul Utopian Dreams: Dystopian World akan berlangsung hingga 19 Mei 2025. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pameram berjudul Utopian Dreams: Dystopian World akan berlangsung hingga 19 Mei 2025. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Pengunjung melihat karya seni yang dipamerkan di Neo Gallery, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pameran ini bertajuk ‘Utopian Dreams: Dystopian World’ karya enam seniman asal Bandung. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pameran ini merespons kondisi dunia dan manusia yang berdiri dalam kondisi yang tak menentu. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pameran ini mengajak untuk mengeksplorasi hubungan antara realitas yang menuju distopia dengan potensi gambar-gambar yang utopis. (Andrean Kristianto)
Mereka menggali kemungkinan-kemungkinan di balik keruntuhan sistemik. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karya seni yang ditampilkan  hasil refleksi mendalam atas lanskap dunia yang rusak akibat perubahan iklim dan krisis ekologis. (Andrean Kristianto)
Lewat karya dua dimensi berbahan plat logam, sang seniman menghadirkan distopia sebagai kondisi liminal. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pameram berjudul Utopian Dreams: Dystopian World akan berlangsung hingga 19 Mei 2025. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pameran bertajuk ‘Utopian Dreams: Dystopian World’ menghadirkan karya enam seniman Bandung yang merespons kondisi dunia dan manusia yang berdiri dalam kondisi yang tak menentu di mana ada kehancuran bertemu dengan imajinasi dan harapan. Mereka menanggapi isu global seperti krisis ekologis, kebakaran hutan, konflik berkepanjangan, dan dampak perubahan iklim.

Karya yang dipamerkan di Neo Gallery, Jakarta Pusat ini merupakan hasil refleksi terhadap dunia yang mengalami kerusakan sistemik. Para seniman mengeksplorasi hubungan antara realitas yang menuju distopia dengan imajinasi akan dunia yang utopis, sekaligus mempertanyakan apakah utopia hanyalah sebuah ilusi yang memerlukan pembaruan.

Melalui berbagai medium, mulai dari teknik potongan kertas hingga gambar dua dimensi berbahan plat logam, setiap karya menjadi bentuk intervensi spekulatif. Karya seni yang ditampilkan hasil refleksi mendalam atas lanskap dunia yang rusak akibat perubahan iklim dan krisis ekologis. 

Menurut Axel Ridzky selaku kurator, pameran ini membuka ruang bagi para seniman untuk menjelajahi tema konseptual seperti degradasi lingkungan, fragmentasi sosial, dan kehidupan setelah kematian. Seni dalam konteks ini berperan sebagai laboratorium spekulatif yang menguji batas antara kehancuran dan rekonstruksi, sekaligus mengajak pengunjung merenungkan kemungkinan menyusun ulang eksistensi dari kepingan realitas yang hancur.

(dre)