Wajah Dapur Umum Mitra MBG di Kalibata usai Kisruh soal Anggaran
Andrean Kristianto
16 April 2025 23:25
Pekerja membuka pintu dapur umum Makan Bergizi Gratis (MBG) di SPPG Kalibata, Jakarta, Rabu (16/4/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Dapur umum Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalibata menghentikan kegiatan memasak sejak akhir Maret 2025. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Penghentian operasional dapur MBG karena penggelapan dana hampir Rp1 miliar oleh Yayasan Media Berkat Nusantara.(Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Selama Februari-Maret 2025, dapur MBG ini memasak sekitar 65 ribu porsi untuk 19 sekolah di Kecamatan Rawajati.(Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
65.000 porsi yang telah dimasak mitra MBG ini tidak menerima pembayaran sepeser pun. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Dana operasional sebesar Rp975.375.000 telah dikeluarkan oleh pengelola dapur umum tersebut. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) mengatakan, kasus dapur MBG yang berhenti beroperasi ini merupakan murni masalah internal pada mitra.
umum MBG ini direncanakan akan kembali beroperasi pada Kamis, 17 April 2025. (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Bloomberg Technoz, Jakarta - Dapur umum mitra Makan Bergizi Gratis (MBG) di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Kalibata, Jakarta Selatan, direncanakan akan kembali beroperasi pada Kamis, 17 April 2025 setelah dimediasi oleh Kepala Badan Gizi Nasional. Sebelumnya, kegiatan memasak sempat terhenti sejak akhir Maret 2025.
Penghentian operasional dapur MBG tersebut terjadi karena dugaan penggelapan dana hampir Rp1 miliar oleh pengelola dana, Yayasan Media Berkat Nusantara (MBN). Lokasi dapur berada di Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.
Baca Juga
Operasional dapur MBG Kalibata dijalankan oleh Ira Mesra, mitra Yayasan MBN dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Selama Februari hingga Maret 2025, Ira mengaku telah memasak sekitar 65 ribu porsi untuk 19 sekolah di Kecamatan Rawajati.
Ira menyebut dirinya dijanjikan oleh Ketua Yayasan dan pihak SPPG untuk tinggal menikmati hasil keuntungan. Namun, perjanjian yang awalnya menetapkan harga Rp15 ribu per porsi mengalami perubahan menjadi Rp13 ribu.
"Setelah ada pengurangan, hak kami sebagai mitra dapur masih dipotong sebesar Rp2.500. Jadi dari Rp15 ribu dipotong 2.500 menjadi Rp12.500 dan dari Rp13 ribu dipotong pula Rp2.500 setiap porsinya," katanya.
Badan Gizi Nasional (BGN) diketahui telah membayarkan dana sebesar Rp386.500.000 kepada yayasan. Saat Ira menagih haknya, pihak yayasan justru menyebut Ira memiliki kekurangan pembayaran sebesar Rp45.314.249 dengan alasan kebutuhan di lapangan.
Dana operasional sebesar Rp975.375.000 telah dikeluarkan oleh Ira untuk kebutuhan bahan pangan, sewa tempat, kendaraan, listrik, peralatan dapur, hingga gaji juru masak. Tidak adanya invoice menjadi alasan pihak yayasan tidak mencairkan dana tahap kedua, sehingga Ira mengakhiri kemitraan dan melaporkan yayasan ke Kepolisian.
(dre/ain)
