Pinjam Yuk Dorong Inklusi Keuangan Lewat Edukasi Desa
Bloomberg Technoz, Jakarta - Literasi keuangan bukan hanya tentang angka, tetapi tentang memberikan harapan dan kendali atas masa depan. Semangat inilah yang dibawa oleh Pinjam Yuk, perusahaan fintech yang berkomitmen membangun kesadaran keuangan masyarakat hingga ke pelosok desa. Melalui program literasi keuangan yang berkelanjutan, Pinjam Yuk ingin menumbuhkan generasi yang lebih bijak dalam mengelola uang dan memahami risiko finansial.
Baca Juga
Melihat maraknya pinjaman online ilegal yang meresahkan masyarakat, Pinjam Yuk berinisiatif mengadakan kegiatan edukatif bertema “Cerdas Mengatur Keuangan, Hindari Pinjaman Ilegal” di Desa Mangliawan, Malang, Jawa Timur. Kegiatan ini bertujuan mengedukasi warga agar memahami perbedaan antara layanan fintech legal dan ilegal, serta membekali mereka dengan keterampilan mengelola keuangan rumah tangga secara sehat.
Sebagai pelaku fintech yang telah lama beroperasi di Indonesia, Pinjam Yuk tak hanya hadir untuk memberikan akses keuangan digital. Perusahaan ini juga membawa misi sosial: memperluas inklusi keuangan dengan cara yang etis, bertanggung jawab, dan berpihak kepada masyarakat.
Misi Sosial Fintech, Dari Edukasi ke Dampak Nyata
Acara edukasi yang digelar di Desa Mangliawan menjadi ruang interaksi antara perusahaan dan masyarakat. Peserta diajak memahami cara mengenali pinjaman ilegal, mengatur anggaran rumah tangga, dan menilai kebutuhan finansial dengan bijak.
Senior Manager Marketing Pinjam Yuk, Cindy Permatasari menekankan bahwa literasi keuangan merupakan pondasi penting bagi masyarakat agar tidak terjebak pada pinjaman yang merugikan.
“Literasi dan edukasi ini sangatlah penting karena masyarakat itu harus lebih aware atau hati-hati dalam memilih pinjaman terlebih lagi pinjaman online ilegal. Menurutnya masyarakat juga harus tahu dulu sebelum meminjam apakah pinjaman itu untuk kebutuhan atau hanya untuk gaya,” kata Cindy.
Cindy menilai, sebagian besar kasus pinjaman bermasalah di masyarakat disebabkan oleh minimnya pengetahuan finansial dan rendahnya kesadaran akan risiko hukum serta bunga yang tidak transparan. Karena itu, menurutnya, pendidikan keuangan harus dimulai dari akar, yakni desa, agar masyarakat tidak mudah tergiur oleh pinjaman instan yang justru menjerat.
Edukasi Interaktif: Dari Cerita Nyata hingga Praktik Mengelola Uang
Berbeda dengan seminar formal, kegiatan ini dikemas dengan pendekatan partisipatif. Peserta tidak hanya mendengar teori, tetapi diajak berinteraksi langsung melalui sesi tanya jawab dan berbagi pengalaman terkait pinjaman online.
Cerita-cerita yang muncul dari warga memperlihatkan dua sisi dunia pinjaman digital: sisi gelap dari layanan ilegal yang menjerat dengan bunga tinggi, dan sisi terang dari platform legal yang membantu masyarakat memperluas usaha kecil.
Kegiatan juga menghadirkan simulasi sederhana mengenai pencatatan keuangan rumah tangga, dengan fokus pada pengelolaan pengeluaran dan prioritas kebutuhan. Edukasi seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan budaya finansial yang lebih sehat di kalangan masyarakat desa.
Dampak untuk Desa dan Perekonomian Lokal
Inisiatif Pinjam Yuk ini bukan sekadar kegiatan sosial, tetapi bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis literasi keuangan. Dengan memperkuat pemahaman dasar masyarakat desa tentang cara memanfaatkan layanan keuangan digital secara aman, perusahaan berharap dapat menciptakan perubahan nyata di tingkat lokal.
Program seperti ini menjadi bukti bahwa perusahaan fintech dapat memainkan peran strategis dalam memberdayakan masyarakat, bukan hanya sebagai penyedia layanan keuangan, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial.
Melalui pendekatan yang humanis dan edukatif, Pinjam Yuk berupaya menjadikan literasi keuangan sebagai jembatan menuju kesejahteraan. Karena pada akhirnya, literasi keuangan bukan hanya tentang menghitung angka, melainkan tentang memberikan kendali dan harapan bagi masyarakat untuk menentukan masa depan finansial mereka sendiri.
(tim)
























