Logo Bloomberg Technoz

Perbedaan Saham dan Obligasi, Pahami Sebelum Berinvestasi

Referensi
05 April 2023 16:30

Karyawan dengan latar layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan dengan latar layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Banyak pertanyaan muncul apakah lebih baik berinvestasi di saham atau justru lebih aman di obligasi.

Sebenarnya, tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini, karena pilihan antara investasi saham atau obligasi tergantung pada tujuan investasi, profil risiko, dan preferensi individu.

Saham dan obligasi adalah dua jenis instrumen keuangan yang berbeda dalam hal cara mereka diterbitkan, tingkat risiko, potensi pengembalian, dan hak kepemilikan.

Saham adalah surat berharga yang mewakili kepemilikan sebagian dari sebuah perusahaan. Dengan membeli saham suatu perusahaan, seseorang menjadi pemilik sebagian kecil dari perusahaan tersebut. Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk memperoleh dividen jika perusahaan tersebut membagikan keuntungan, dan juga hak untuk memilih direksi dan mempengaruhi keputusan penting perusahaan.

Saham umumnya dianggap sebagai instrumen investasi yang lebih berisiko, karena nilai saham bisa naik dan turun secara tajam, tergantung pada kinerja perusahaan dan kondisi pasar.

Sedangkan obligasi adalah surat berharga utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah untuk memperoleh dana dari investor. Dalam hal ini, investor menjadi kreditur dan penerbit obligasi menjadi debitur. Obligasi memberikan bunga tetap pada investor selama jangka waktu tertentu dan pada akhirnya penerbit membayar kembali modal awal. Obligasi dianggap sebagai instrumen investasi yang lebih stabil dan kurang berisiko, karena mereka memberikan pengembalian tetap dan diperlakukan sebagai prioritas dalam hal pengembalian utang pada waktu jatuh tempo.

Seorang pria melihat papan layar saham di Yangon Stock Exchange (YSX) di Yangon, Myanmar. (Taylor Weidman/Bloomberg)

Dalam memilih investasi apakah saham atau obligasi, Berikut ini adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan:

1. Tujuan Investasi: Jika tujuan investasi adalah memperoleh pengembalian yang lebih tinggi dalam jangka panjang, maka saham mungkin menjadi pilihan yang lebih baik, karena meskipun terdapat risiko yang lebih tinggi, tetapi saham memiliki potensi pengembalian yang lebih besar. Namun, jika tujuan investasi adalah mempertahankan modal dan memperoleh pengembalian yang stabil, maka obligasi mungkin menjadi pilihan yang lebih baik.

2. Profil Risiko: Jika investor cenderung merasa tidak nyaman dengan risiko yang tinggi dan tidak ingin mengambil risiko terlalu banyak, maka obligasi mungkin menjadi pilihan yang lebih baik. Di sisi lain, jika investor merasa nyaman dengan risiko yang lebih tinggi dan bersedia mengambil risiko lebih besar untuk memperoleh pengembalian yang lebih besar, maka saham mungkin menjadi pilihan yang lebih baik.

3. Preferensi Individu: Selain faktor-faktor di atas, preferensi individu juga harus dipertimbangkan. Misalnya, investor yang lebih suka menghindari volatilitas pasar dan ingin investasi yang lebih stabil mungkin lebih memilih obligasi. Sementara itu, investor yang tertarik pada perusahaan-perusahaan yang inovatif dan berkinerja baik mungkin lebih memilih saham.

Jenis-jenis saham

Ada beberapa jenis saham yang dapat dibedakan berdasarkan hak kepemilikan, hak suara, pembagian dividen, dan karakteristik lainnya. Berikut adalah beberapa jenis saham yang umum:

1. Saham Biasa (Common Stock): Saham biasa adalah jenis saham yang paling umum. Pemilik saham biasa memiliki hak untuk memilih direksi perusahaan dan mempengaruhi keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Pemilik saham biasa juga berhak atas dividen jika perusahaan membagikan keuntungan.

2. Saham Preferen (Preferred Stock): Saham preferen adalah jenis saham yang memberikan hak prioritas atas dividen dan likuidasi dibandingkan saham biasa. Saham preferen biasanya membayar dividen tetap dan memiliki karakteristik seperti obligasi dalam hal ini. Namun, pemilik saham preferen tidak memiliki hak suara dalam RUPS.

3. Saham dengan Hak Suara Terbatas (Restricted Voting Shares): Saham dengan hak suara terbatas memberikan hak suara yang lebih terbatas daripada saham biasa pada RUPS. Jenis saham ini lebih umum di Eropa dan Asia.

Ilustrasi Obligasi (Image by Storyset via Freepik)

4. Saham dengan Hak Suara Ganda (Dual-Class Shares): Saham dengan hak suara ganda memberikan hak suara yang lebih besar kepada pemiliknya daripada saham biasa. Pemilik saham dengan hak suara ganda memiliki hak suara yang lebih besar dalam RUPS dan dapat mempertahankan kendali perusahaan meskipun kepemilikan saham mereka tidak cukup besar.

5. Saham Beredar (Outstanding Shares): Saham beredar adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan dan dimiliki oleh investor. Saham beredar biasanya digunakan untuk menghitung nilai pasar perusahaan dan dapat diperdagangkan di pasar saham.

6. Saham yang Tidak Beredar (Treasury Stock): Saham yang tidak beredar adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan tetapi tidak dimiliki oleh investor. Saham ini dapat dibeli kembali oleh perusahaan atau dihapus dari pasar saham.

7. Saham Penny Stock: Saham penny stock adalah saham dengan harga rendah dan likuiditas yang rendah. Saham ini seringkali diperdagangkan di luar bursa saham dan memiliki risiko yang tinggi.

Jenis-jenis obligasi

Berikut adalah beberapa jenis obligasi yang umum:

1. Obligasi Pemerintah: Obligasi pemerintah adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara. Obligasi pemerintah dianggap sebagai instrumen investasi yang relatif aman karena pemerintah dianggap mampu membayar kembali pinjaman. Obligasi pemerintah sering digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur atau program-program sosial.

2. Obligasi Korporasi: Obligasi korporasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan swasta. Obligasi ini memberikan investor pembayaran bunga tetap selama jangka waktu tertentu, serta pembayaran pokok kembali pada saat jatuh tempo. Obligasi korporasi biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi daripada obligasi pemerintah, karena kualitas kredit perusahaan dapat berubah-ubah.

3. Obligasi Convertible: Obligasi convertible adalah surat utang yang dapat dikonversi menjadi saham perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut. Investor dapat memilih untuk menukarkan obligasi menjadi saham pada saat yang ditentukan atau pada saat saham mencapai harga tertentu. Obligasi convertible biasanya memiliki tingkat bunga yang lebih rendah daripada obligasi biasa karena investor dapat memperoleh keuntungan dari konversi menjadi saham.

4. Obligasi Jangka Panjang: Obligasi jangka panjang adalah surat utang dengan jatuh tempo lebih dari 10 tahun. Obligasi jangka panjang biasanya memberikan pembayaran bunga yang lebih tinggi daripada obligasi jangka pendek.

5. Obligasi Jangka Pendek: Obligasi jangka pendek adalah surat utang dengan jatuh tempo kurang dari 10 tahun. Obligasi jangka pendek memberikan pembayaran bunga yang lebih rendah daripada obligasi jangka panjang.

6. Obligasi High Yield: Obligasi high yield atau junk bonds adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki kualitas kredit yang rendah atau kurang likuid. Obligasi high yield memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi, namun juga memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi korporasi yang berkualitas lebih tinggi.

Return Saham Vs Obligasi

Return saham dan obligasi dapat berbeda dan tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis saham atau obligasi yang diperdagangkan, kondisi pasar keuangan, dan kinerja perusahaan atau penerbit obligasi.

Secara umum, saham memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada obligasi, tetapi juga datang dengan risiko yang lebih besar. Saham dapat menghasilkan keuntungan melalui kenaikan harga saham dan pembayaran dividen. Namun, saham juga dapat mengalami fluktuasi harga yang signifikan dan bahkan bisa mengalami kerugian. Selain itu, saham juga rentan terhadap risiko sistemik dan perubahan pasar yang tidak terduga.

Sementara itu, obligasi biasanya memiliki return yang lebih rendah daripada saham, tetapi juga memiliki risiko yang lebih rendah. Obligasi memberikan pembayaran bunga tetap dan pembayaran pokok pada saat jatuh tempo. Sebagai hasilnya, obligasi lebih stabil dalam menghasilkan pendapatan tetap untuk investor dan dapat digunakan untuk memperkuat portofolio investasi. Namun, obligasi juga rentan terhadap risiko suku bunga, risiko kredit, dan risiko inflasi.

Karena saham dan obligasi memiliki karakteristik yang berbeda dan memberikan return yang berbeda, biasanya direkomendasikan untuk mempertimbangkan diversifikasi dalam portofolio investasi. Diversifikasi dapat membantu meminimalkan risiko dan mengoptimalkan return pada tingkat risiko tertentu.

(seo)