Logo Bloomberg Technoz

Indonesia juga tertolong windfall komoditas unggulan ekspor seperti batubara, hasil minyak dan gas alam, yang harganya tengah melesat di pasar global. 

Dengan segenap capaian di tengah turbulensi global itu, bukan hal mengejutkan ketika Jokowi dengan penuh percaya diri menyebut keberuntungan Indonesia bisa melewati semua itu. Orang nomor satu di Indonesia itu menyebut pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2022 kemungkinan bisa mencapai 5,2%-5,3%. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Mandiri Investment Forum. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

“Inflasi masih terkendali di angka 5,5%. Begitu juga Purchasing Manager Index (PMI) angkanya ekspansif di posisi 50,9. Kalau lihat angka-angka ini kita tidak optimistis maka keliru, tapi tetap harus hati-hati dan waspada,” terang Jokowi ketika memberi sambutan dalam acara Mandiri Investment Forum 2023, Rabu (1/2/2023).

Sumringah Jokowi itu berkebalikan dengan hari-hari ketika pemerintah yang ia pimpin mendesak pemberlakuan UU Cipta Kerja atau disebut juga UU Omnibus Law kendati Mahkamah Konstitusi telah membatalkannya karena dinilai cacat formil “inkonstitusionalitas bersyarat”, pada November 2021. 

Sebelum terompet tahun baru terdengar, Jokowi merilis Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja pada Jumat (30/12/2022). Situasi ancaman resesi perekonomian dan ketidakpastian global menjadi salah satu alasan pemerintah tetap mendesakkan undang-undang itu kendati banyak dikritik akibat minimnya pelibatan partisipasi publik dan dinilai isinya banyak merugikan kalangan pekerja dan buruh.

"Ancaman-ancaman risiko ketidakpastian itulah yang menyebabkan kita mengeluarkan Perppu, karena itu untuk memberikan kepastian hukum, kekosongan hukum, yang dalam persepsi para investor baik dalam maupun luar. Itu yang paling penting, karena ekonomi kita ini di 2023 akan sangat bergantung pada investasi dan ekspor," jelas Jokowi terkait perilisan Perppu seperti dikutip oleh CNN Indonesia, 30 Desember. 

Faktor China

Pada Desember 2022, negeri raksasa Tiongkok secara tiba-tiba mengumumkan pencabutan kebijakan Nol Covid yang sudah mereka jalankan sejak pertama kali pandemi Covid-19 mengguncang dunia. Pemerintah Tiongkok di bawah Presiden Xi Jinping juga secara resmi membuka lagi perbatasan mereka mulai 8 Januari 2023. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun kungkungan pandemi, warga Tiongkok bebas bepergian tanpa ketentuan karantina, pun halnya warga di luar China bisa bebas keluar masuk ke negeri tirai bambu itu.

Keputusan China mengakhiri kebijakan Nol Covid dan membuka lagi perekonomiannya, bukan tanpa biaya. Lonjakan kasus Covid-19 di negeri itu serta merta terjadi dan memakan banyak korban jiwa. Namun, bagi perekonomian dunia, termasuk bagi Indonesia, langkah China itu menjadi kabar terbaik di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

Menurut Sunarsip, Principal and Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence, prospek pemulihan ekonomi China menyusul reopening policy berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia terutama untuk komoditas olahan berbasis energi, mineral, logam dan pertanian. 

Greget dari langkah China itu juga meningkatkan keyakinan di kalangan pebisnis. Tercatat ada aktivitas manufaktur Indonesia dan beberapa negara Asia. Angka Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Januari 2023 sebesar 51,3, posisi tertinggi sejak Oktober 2022. PMI Manufaktur Indonesia tercatat sudah 17 bulan beruntun berada di zona ekspansi yaitu di atas 50. 

Aktivitas manufaktur menggeliat lagi menyusul pembukaan kembali perekonomian China (Bloomberg)

Tekanan global berkurang

Dalam laporan outlook ekonomi terbaru yang dirilis oleh IMF, Selasa (31/1/2023), sedikit optimisme mengemuka dengan proyeksi pertumbuhan global yang naik tipis menjadi 2,9% pada 2023. Tekanan global dari AS dan Eropa pada kuartal akhir 2022 tidak seburuk dugaan awal. Walau perlambatan diperkirakan masih akan terjadi di negara-negara ekonomi maju, akan tetapi secara umum tekanan terberat dinilai sudah berkurang. 

”Ini menggambarkan kalau tekanan yang tadinya sangat berat, sekarang sedikit agak ringan. Ini membawa harapan kalau pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan lebih baik. Tidak ekstrem baik karena masih ada pelemahan, tetapi tidak sampai pada tingkat resesi yang awalnya dikhawatirkan. Jadi, tidak seburuk yang dibayangkan,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Selasa sore (31/1/2023).

Prediksi IMF, AS akan tumbuh melambat sebesar 1,4% pada 2023 dan makin turun sebesar 1% pada 2024. Sedang Eropa diperkirakan hanya mampu tumbuh 0,7% tahun ini sebelum bisa bangkit lagi tumbuh 1,6% pada 2024. Walau proyeksinya sudah lebih optimistis, dua kawasan itu masih belum bebas sepenuhnya dari ancaman resesi. 

Menurut David Sumual Chief Economist Bank Central Asia, potensi resesi di AS masih fifty-fifty. Negeri paman sam bisa memastikan soft landing, akan tetapi bila melihat data ketenagakerjaan, David memperkirakan risiko AS terjatuh dalam resesi masih cukup lebar. Ketatnya pasar tenaga kerja di AS diprediksi  bisa menyulut inflasi upah kendati The Fed sudah cukup dramatis menerapkan kebijakan hawkish sepanjang tahun lalu. Sedangkan Eropa akan lebih banyak lagi yang terjatuh dalam resesi seperti Inggris, Italia dan Spanyol. 

Analisis berbeda disodorkan oleh Sunarsip. Menurut pengamatannya, AS sejauh ini boleh dibilang sudah mampu mengatasi berbagai faktor yang memicu tekanan inflasi. "Harga migas sudah dikendalikan, begitupun supply chain yang sempat memicu kenaikan biaya produksi, bahkan shipping cost AS juga sudah kembali ke level sebelum krisis," kata dia. 

The Fed dinilai sudah cukup berhasil menekan inflasi dan itu menjadi modal keyakinan bahwa pada 2023 permintaan akan naik sehingga perekonomian negeri paman sam bisa tumbuh lagi, menjauh dari ancaman resesi. 

Melenggang dengan catatan

Indonesia boleh berlega hati setelah melewati berbagai turbulensi sejak pandemi merebak, perlahan perekonomian domestik kembali berotot. Walau akan melambat pada 2023 dengan perkiraan pertumbuhan di kisaran 4,8% seperti proyeksi IMF terakhir, Indonesia diyakini bisa mencetak pertumbuhan melampaui itu.

Dalam konferensi pers KSSK, Sri Mulyani percaya diri perekonomian domestik tahun ini masih akan berada di kisaran 5% bahkan berpeluang mendekati asumsi APBN 2023 sebesar 5,3%. Terutama terdorong oleh konsumsi rumah tangga yang diprediksi kembali ke kecepatan penuh seiring diakhirinya kebijakan PPKM sejak Desember 2022 dan kedatangan bulan selebrasi Ramadan dan Lebaran tahun ini. Dengan kata lain, hantu resesi yang selama 2022 terlalu sering didengungkan secara resmi sudah terusir jauh. 

Walau begitu, masih ada catatan yang perlu menjadi perhatian serius. Tekanan inflasi tinggi di perekonomian domestik masih berlangsung. BPS mencatat, inflasi tahunan pada Januari 2023 sebesar 5,28%, melambat dari posisi Desember sebesar 5,51%. Walau semakin melandai, pergerakan harga beras yang tercatat naik 2,34% membawa andil inflasi sebesar 0,07%. Harga beras Thailand yang menjadi acuan harga beras untuk Asia, melesat ke posisi tertinggi dalam dua tahun terakhir pada 27 Januari ke posisi US$ 523 per ton, tertinggi sejak Maret 2021. Indonesia termasuk importir beras terbesar dari Thailand. 

Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) siap menggelontorkan stok beras sebanyak 315 ribu ton melalui operasi pasar guna menjaga kestablian harga yang mulai merangkak naik. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan 57 tahun 2017 harga eceran tertinggi beras medium dan premium ditetapkan berdasarkan wilayah. Meski demikian, HET beras medium berada pada kisaran Rp 9.450 hingga Rp 12.800 per kilogram.

Sedangkan HET beras premium Rp 9.950 hingga 13.600 per kilogram. Padahal, berdasarkan panel harga bahan pangan, harga beras medium tertinggi telah mencapai Rp 13.270 dan premium tertinggi Rp 17.730 per kilogram.

Bunga perbankan naik

Selain itu, pada kuartal dua dan sisa tahun 2023 juga akan berhadapan dengan pengetatan moneter terhadap bunga simpanan dan bunga kredit. "Kondisi likuiditas diperketat akan mulai berefek pada bunga perbankan pada kuartal dua dan tiga tahun ini," kata David. 

BI diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan bunga acuan di level moderat (Bloomberg)

BI telah mengerek bunga dalam langkah beruntun sejak September 2022 ke level 4,25% hingga kini BI rate berada di posisi 5,75%. Kenaikan bunga acuan diprediksi masih akan berlanjut. Sunarsip memperkirakan BI akan melanjutkan kebijakan pengetatan moneter walau bunga acuan belum akan melampaui 6,5% tahun ini, menurutnya. 

Kenaikan bunga acuan yang ditujukan untuk pengetatan moneter agar inflasi bisa dijinakkan itu, sudah tentu akan berimbas pada bunga bank. Namun, ekonom optimistis kenaikan itu tidak akan menciderai momentum pertumbuhan ekonomi yang tengah berjalan. Separuh pertama tahun ini menjadi saat yang tepat bagi para pebisnis untuk menggeber ekspansi. "Bila pemerintah benar-benar konsekuen dengan pernyataan misalnya dengan melanjutkan belanja, maka semester I-2023 ini ekonomi kita akan bagus," imbuh David.

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, kredit perbankan akan tumbuh 10%-12% tahun ini didukung oleh pertumbuhan luar biasa dari digitalisasi perbankan. Adapun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah menaikkan bunga penjaminan simpanan menjadi 4% untuk bank umum dan 2% untuk simpanan valas, sedang untuk simpanan di Bank Perkreditan Rakyat dinaikkan jadi 6,5%. Langkah ini, ujar Kepala LPS Purbaya Yudhi Sadewa, mempertimbangkan banyak faktor di antaranya potensi kenaikan bunga perbankan domestik sebagai respon terhadap kebijakan uang ketat dari otoritas moneter.

(rui/roy)

No more pages