Logo Bloomberg Technoz

Hantu Resesi Menjauh, Saatnya Indonesia Tancap Gas

Ruisa Khoiriyah
01 February 2023 17:00

Ilustrasi pabrik feronikel (dok PT Aneka Tambang Persero)
Ilustrasi pabrik feronikel (dok PT Aneka Tambang Persero)

Bloomberg Technoz, JakartaKekhawatiran terhadap resesi ekonomi berulang didengungkan di tengah publik oleh pejabat tinggi RI sepanjang 2022. Ketika kini perekonomian domestik terbukti perlahan bangkit di tengah suramnya prospek global, apakah sudah saatnya kita mengatakan, hantu resesi sudah terusir pergi dan waktunya tiba bagi Indonesia untuk pulih lebih cepat mendahului dunia?

Kurang dari setengah tahun silam, Presiden RI Joko Widodo menyentakkan publik dengan pernyataan yang sedikit menakutkan tentang prospek perekonomian. Sekira Agustus 2022 ketika membuka acara Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD di Istana Bogor, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa prospek perekonomian 2023 sangat gelap dan Indonesia perlu berhati-hati. Jokowi lebih lanjut menggarisbawahi betapa gelapnya prospek ekonomi itu sampai-sampai diprediksi sekitar 66 negara terancam ambruk karena kondisi perekonomian global yang buruk.

Lima bulan berlalu dan kita sama-sama menyaksikan gelapnya prospek perekonomian itu nyata adanya, beberapa ditandai oleh penurunan perekonomian di banyak negara, dari Korea Selatan sampai Inggris, juga semakin banyak negara yang berada di tubir krisis utang terutama negara berpenghasilan rendah di kawasan Afrika dan Asia Selatan.

Namun, Indonesia bertahan. Pada kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi domestik menapak ke posisi 5,72%. Capaian itu layak diapresiasi di tengah beberapa kesuraman perekonomian global dan masih tingginya tekanan inflasi domestik menyusul kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal September lalu. Inflasi domestik melambung hampir 6% pada bulan itu lalu perlahan melandai sehingga inflasi tahunan pada Desember 2022 berada di posisi 5,51%. 

Ketahanan ekonomi RI di tengah situasi ketidakpastian ekonomi dunia, banyak didorong oleh tingkat konsumsi domestik yang perlahan pulih menyusul pandemi yang semakin jinak. Aktivitas masyarakat sudah kembali seperti masa sebelum pandemi menyusul pelonggaran mobilitas. BPS mencatat, konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2022 menyumbang pertumbuhan tertinggi sebesar 2,81%. “Peningkatan aktivitas belanja pada kelompok masyarakat menengah-atas khususnya untuk kebutuhan tersier,” jelas BPS.