PHE OSES Dorong Kemandirian Pesisir Lewat Limbah Kayu

Bloomberg Technoz, Jakarta - Di sebuah bengkel sederhana milik Kelompok Usaha Bersama Mancing Bahagia di Pulau Kelapa Dua, perubahan perlahan tumbuh dari sisa-sisa kayu yang sebelumnya terabaikan. Limbah produksi yang dulu hanya dianggap tak bernilai kini diolah dengan ketekunan dan kreativitas, menjelma menjadi beragam produk kriya bernilai guna dan ekonomi. Dari umpan pancing untuk cumi hingga miniatur kapal, setiap karya mencerminkan semangat warga pesisir dalam membangun masa depan yang lebih mandiri.
Bengkel kerja tersebut tidak hanya menjadi ruang produksi, tetapi juga ruang belajar dan bertukar gagasan. Di tempat inilah imajinasi, keterampilan tangan, dan daya juang masyarakat pesisir Pulau Kelapa Dua bertemu. Potongan kayu yang tersisih diperlakukan dengan presisi dan kesabaran, menciptakan produk yang tidak sekadar fungsional, tetapi juga sarat nilai lokal dan harapan.
Potensi inilah yang kemudian menjadi titik tolak PT Pertamina Hulu Energi OSES atau PHE OSES untuk menginisiasi Pelatihan Diversifikasi Produk Limbah Kayu, Manajemen Pengelolaan Usaha, dan Pemasaran. Kegiatan tersebut digelar pada awal Desember lalu di Workshop Mancing Bahagia dan diikuti oleh 25 peserta yang merupakan anggota KUB Mancing Bahagia.
Pelatihan ini dirancang untuk menjawab tantangan yang selama ini dihadapi para pengrajin. Meski produk mereka dikenal unik dan memiliki ciri khas lokal yang kuat, keterbatasan dalam standar produksi dan strategi pemasaran membuat potensi ekonomi tersebut belum tergarap optimal. Khususnya, ketiadaan standar operasional prosedur dalam pembuatan miniatur kapal menjadi salah satu kendala utama dalam menjaga kualitas dan konsistensi produk.
Melalui pelatihan ini, PHE OSES tidak hanya mendorong aspek kreativitas, tetapi juga penguatan tata kelola usaha. Peserta diajak memahami bagaimana sebuah produk lokal dapat bertahan dan berkembang di pasar yang lebih luas, baik secara luring maupun daring. Pendekatan ini diharapkan mampu menjembatani potensi keterampilan dengan kebutuhan pasar.
Untuk memperkaya materi, PHE OSES menghadirkan narasumber dari Somah Wooden Craft Yogyakarta. Pelatihan dipandu oleh Leonie dari tim manajemen dan Effendi dari tim produksi yang telah berpengalaman dalam mengelola usaha kerajinan kayu berbasis limbah. Keduanya berbagi praktik terbaik dalam mengolah bahan sisa menjadi produk bernilai jual tinggi.
Materi disampaikan secara bertahap dan aplikatif. Sesi awal berfokus pada pengelolaan usaha dan inovasi produk berbahan limbah kayu. Setelah itu, peserta mengikuti pendampingan khusus serta diskusi kelompok terarah bersama para pengrajin miniatur kapal untuk menyusun standar operasional prosedur produksi yang lebih terstruktur.
Dalam pelaksanaan pelatihan, peserta dibagi ke dalam dua kelompok besar, yakni kelompok produksi dan kelompok pemasaran. Pembagian ini bertujuan agar setiap peserta dapat mendalami peran dan fungsi yang berbeda dalam rantai usaha, sekaligus memahami keterkaitan antara kualitas produk dan strategi penjualannya.
Pada kelompok produksi, peserta ditantang untuk menciptakan satu bentuk merchandise berbahan limbah kayu. Hasil karya tersebut kemudian dinilai dan didiskusikan bersama untuk melihat kelebihan, kekurangan, serta peluang pengembangan lebih lanjut. Proses ini mendorong peserta untuk berpikir kritis sekaligus terbuka terhadap masukan.
Sementara itu, kelompok pemasaran mempelajari pemetaan target pasar, identifikasi keunggulan produk, serta perumusan strategi pemasaran yang efektif. Salah satu fokus utama adalah pemanfaatan pemasaran daring agar produk KUB Mancing Bahagia dapat menjangkau konsumen yang lebih luas di luar Pulau Kelapa Dua.
Head of Communication Relations & CID PHE OSES, Indra Darmawan, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan perusahaan dalam mendukung kemandirian masyarakat pesisir. “Kami melihat potensi besar dari kreativitas teman-teman KUB Mancing Bahagia. Melalui pelatihan ini, PHE OSES ingin mendorong agar potensi tersebut tidak berhenti pada produk yang unik saja, tetapi juga memiliki tata kelola usaha dan pemasaran yang baik, sehingga dapat menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan,” ujar Indra.
Dari sisi narasumber, Leonie dari Somah Wooden Craft menilai bahwa produk yang dihasilkan para peserta sebenarnya telah memiliki dasar yang kuat. “Produk dari teman-teman KUB sebenarnya sudah bagus dan memiliki karakter. Tantangannya lebih pada keterampilan finishing agar kualitasnya semakin rapi dan konsisten. Harapannya, setelah pelatihan ini, keterampilan tersebut bisa terus dikembangkan. Terima kasih kepada PHE OSES yang telah memfasilitasi kegiatan ini,” kata Leonie.
Pelatihan ini diharapkan tidak berhenti pada peningkatan pengetahuan semata. PHE OSES mendorong agar seluruh materi yang diperoleh dapat diterapkan secara langsung dalam aktivitas usaha sehari-hari. Dengan demikian, dampak pelatihan dapat dirasakan secara nyata dan berkelanjutan oleh para anggota KUB Mancing Bahagia.
Pemanfaatan limbah kayu juga dinilai sebagai solusi ramah lingkungan yang relevan dengan kondisi masyarakat pesisir. Selain mengurangi limbah produksi, pendekatan ini membuka peluang ekonomi baru yang berbasis pada potensi lokal. Limbah yang sebelumnya tak bernilai kini menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan.
Melalui program ini, PHE OSES berharap masyarakat pesisir Pulau Kelapa Dua semakin percaya diri dalam mengelola usaha secara mandiri. Kemandirian ekonomi keluarga menjadi tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan usaha yang profesional dan berkelanjutan.
Dengan menggabungkan kreativitas, manajemen usaha, dan strategi pemasaran yang tepat, karya kriya limbah kayu dari Pulau Kelapa Dua diharapkan mampu menembus pasar yang lebih luas. Dari bengkel kecil di pesisir, lahir harapan baru bagi masyarakat untuk membangun masa depan yang lebih berdaya dan berkelanjutan.




























