“Masalah keselamatan dan kuatnya baht merupakan faktor utama yang memengaruhi jumlah kedatangan wisatawan tahun ini,” kata Adith Chairattananon, sekretaris jenderal Association of Thai Travel Agents.
Jumlah kedatangan wisatawan internasional sepanjang tahun diperkirakan mencapai 32,8 juta orang, menghasilkan pendapatan sebesar 1,52 triliun baht (US$48 miliar), turun dari 35,5 juta orang dan 1,67 triliun baht pada 2024, lapor surat kabar berbahasa Thailand Thansettakij sebelumnya, mengutip Gubernur Tourism Authority of Thailand Thapanee Kiatphaibool.
Penurunan ini menjadi kabar buruk bagi negara tersebut, yang kesulitan memulihkan pariwisata setelah Covid dan pertumbuhannya tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Industri perjalanan menyumbang sekitar 12% dari produk domestik bruto Thailand dan menopang jutaan lapangan kerja.
Warga Malaysia menempati urutan teratas wisatawan asing dengan 4,5 juta orang, diikuti 4,4 juta wisatawan China dan 2,5 juta pelancong dari India, menurut data Kementerian Pariwisata dan Olahraga. Pendapatan pariwisata dari kedatangan internasional mencapai total 1,5 triliun baht hingga 28 Desember.
Otoritas pariwisata Thailand menargetkan untuk menyambut 36,7 juta wisatawan mancanegara pada 2026, dengan pengunjung dari pasar jarak dekat diperkirakan menyumbang lebih dari 70% dari total kedatangan internasional, lapor The Nation mengutip Thapanee. Wisatawan China diproyeksikan berjumlah 6,7 juta orang, setara dengan jumlah kedatangan pada 2024, ujar Thapanee menurut laporan tersebut.
Apakah kepercayaan wisatawan China terhadap Thailand akan pulih atau tidak menjadi faktor krusial bagi prospek sektor ini. Jumlah wisatawan internasional bisa mencapai 38 juta tahun depan jika kedatangan dari China mencapai 8 atau 9 juta orang dan otoritas Thailand mampu mengelola dampak sengketa perbatasan serta meredam penguatan baht, kata Adith.
(bbn)































