Hal tersebut, dilakukan secara internal di laboratorium kilang dan di eksternal dilakukan melalui Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas)
“Kita juga lakukan uji kualitas, baik secara internal di laboratorium kilang, maupun di eksternal dengan pihak independen, Lemigas,” ujar Milla.
Disorot Ekonom
Sebelumnya, Center of Reform on Economics (Core) mendorong PT Pertamina (Persero) agar mengelola kilang dengan efisien ketika kebijakan pemberhentian impor Solar resmi diterapkan pada 2026.
Ekonom energi Core Muhammad Ishak Razak menyatakan hal tersebut perlu dilakukan guna membuat harga jual Solar Pertamina ke operator SPBU swasta efisien dan tidak lebih mahal daripada pengadaan impor.
“Monopoli supply ini berpotensi merugikan konsumen jika tidak disertai dengan efisiensi Pertamina dalam pengilangan sehingga harga jual lebih mahal daripada pengadaan impor oleh swasta,” kata Ishak ketika dihubungi, Selasa (30/12/2025).
Oleh sebab itu, Ishak mendorong agar mekanisme penetapan harga jual yang ditawarkan Pertamina harus transparan dan adil untuk mengurangi risiko praktik monopoli.
“Sehingga kepentingan konsumen dan badan usaha swasta dapat terlindungi,” ungkap Ishak.
Sebelumnya, Kementerian ESDM memastikan proyek RDMP Balikpapan mulai beroperasi pada Januari 2026. Proyek itu memerlukan waktu penyesuaian produksi selama tiga bulan sebelum dapat beroperasi komersial.
“Informasi dari Pertamina Januari sudah jalan,” kata Laode kepada awak media, di kantor Kementerian ESDM, Rabu (24/12/2025).
“Sebenarnya dia sudah produksi sejak Januari. Tetapi, kan kalau jualan dia harus nampung dulu kan? Jadi 3 bulan itu nampung, diisi semua. Jadi dibutuhkan waktu tiga bulanan itu untuk ngatur,” kata Laode.
Usai masa sinkronisasi dilakukan, lanjut Laode, salah satu produk migas RDMP Balikpapan yakni Solar akan mulai didistribusikan ke badan usaha (BU) hilir migas swasta.
Dengan begitu, mulai Maret 2026 pemerintah akan mulai menyetop impor Solar seiring adanya tambahan produksi dari RDMP Balikpapan yang diklaim membuat produksi solar Tanah Air surplus.
(azr/naw)































