Dia menjelaskan tata niaga BBM harus berjalan secara efisien dan transparan, dengan perhitungan bisnis yang jelas.
“Jika Pertamina tidak efisien menyediakan base fuel maka sebaiknya impor dibuka lagi agar harga energi menjadi affordable,” tegas Yayan.
RDMP Balikpapan
Lebih lanjut, dia memandang jika proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan diasumsikan berjalan sesuai target, pemerintah mampu merealisasikan program biodiesel B50, serta produksi Solar domestik mencapai 24,5 juta kiloliter (KL).
Dia memprediksi, konsumsi Solar nasional akan bergerak di rentang 41,5 juta KL pada tahun depan. Dengan begitu, Indonesia memang berpotensi mengalami surplus Solar.
Jika beberapa aspek tersebut meleset, Yayan memprediksi impor Solar Indonesia pada 2026 dapat menanjak ke angka 6,1–6,2 juta Kl.
“Sedangkan untuk tahun 2025 saja, kita melakukan impor sebanyak 6,08 Juta KL. Mudah-mudahan bisa tercapai, kuncinya yaitu di RDMP dan pencapaian target biodiesel,” ungkap Yayan.
Sebagai informasi, Kementerian ESDM memastikan Indonesia akan menyetop impor Solar mulai April 2026, tepatnya usai RDMP di Kilang Balikpapan dapat menjual hasil olahan kilang.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman menjelaskan saat ini kementeriannya sudah menyurati operator SPBU swasta untuk berkoordinasi dengan Pertamina ihwal pemenuhan pasokan Solar tahun depan.
“RDMP-nya sudah beroperasi, tapi secara operasionalisasinya nanti RDMP atau Pertamina membutuhkan persiapan tiga bulan setelah itu stok cukup untuk seluruhnya termasuk swasta,” kata Laode kepada awak media di Kementerian ESDM, Rabu (24/12/2025).
Dengan begitu, Laode menyatakan badan usaha (BU) hilir migas swasta tersebut hanya mengajukan kuota impor Solar sampai Maret 2025. Sedangkan sisanya, kata Laode, akan dipenuhi oleh produksi dalam negeri dari kilang Pertamina.
Dalam perkembangannya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membuka peluang menyetop impor Solar pada Januari hingga Februari 2026, lebih cepat dari target awal pada April 2026.
Bahlil menjelaskan, jika nantinya dalam kajian yang dilakukan menunjukan pasokan Solar mencukupi atau bahkan berlebih maka Kementerian ESDM bisa saja mulai menyetop impor Solar mulai awal 2026.
Kendati demikian, Bahlil menambahkan, rencana itu bakal tergantung pada kesiapan RDMP Kilang Balikpapan.
“Tetapi tergantung dari Pak Simon [Dirut Pertamina]. Kalau Pak Simon katakanlah bulan 3 Maret baru bisa, berarti Januari, Februari yang mungkin sedikit. Mungkin sedikit yang bisa kita lagi exercise,” kata Bahlil di Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Plumpang, dikutip Senin (29/12/2025).
(azr/naw)






























